PENGELOLAAN
DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI KAWASAN
TAMAN
NASIONAL GUNUNG CIREMAI CILENGKRANG
KABUPATEN
KUNINGAN
LAPORAN
FIELDTRIP
Diajukan Untuk Memenuhi
Tugas Terstruktur Kelompok
Dosen
Pengampu : Ina Rosdiana
Lesmanawati
Mata Kuliah Pilihan : Biologi Konservasi
Disusun Oleh:
Abdul
Majid
Andri
Entik
Suticha
Nia
Daniah
Siti
Aisah
Fakultas Tarbiyah/
Jurusan IPA Biologi/ VII
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2011
I.
Tujuan
Untuk melihat dan mengamati pengelolaan kawasan Taman Nasional
Gunung Ciremai (TNGC) dan melihat tingkat keanekaragaman (biodeiversity) jenis
yang terdapat di dalam suatu ekosistem darat (TNGC)
II. Sejarah
Kawasan Gunung Ciremai
Sosok
Gunung Ciremai, atau sering juga disebut Cereme, Careme, atau Cerme, memang
bagaikan sesosok raksasa yang berdiri menjulang di tengah-tengah dataran rendah
kawasan pantai utara Jawa Barat bagian timur. Tingginya yang mencapai 3.078
meter di atas permukaan laut (m dpl) atau 2.578 meter di atas Kota Kuningan
membuatnya menjadi gunung tertinggi di seantero Jawa Barat dan Banten. Gunung
Ciremai dikategorikan sebagai gunung api kuarter Tipe A berbentuk strato yang
masih berstatus aktif. Status aktif Tipe A yang dimilikinya, membuat Ciremai
adalah satu dari 80 gunung api sejenis yang tersebar di seluruh Indonesia dan
satu di antara gunung api teraktif di Pulau Jawa. Ciremai juga termasuk dalam
ratusan gunung api yang membentuk cincin api (ring of fire), yaitu rangkaian
gunung api aktif yang berbentuk seperti rantai cincin mengelilingi Samudra
Pasifik.
Namun,
jika dibanding gunung-gunung api aktif lainnya di Jawa dan Indonesia, Ciremai
termasuk memiliki tabiat yang paling “kalem” dan “ramah”, karena sejak letusan
pertama yang tercatat dalam sejarah pada tahun 1698 lalu, gunung tersebut tidak
pernah mengeluarkan kekuatan yang terlalu berlebihan sehingga menyebabkan
jatuhnya banyak korban jiwa manusia.
Menurut
Data Dasar Gunung Api di Indonesia yang dimiliki Direktorat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG), selama kurun waktu 400 tahun terakhir, Gunung
Ciremai hanya meletus sebanyak tujuh kali, tanpa data pasti jumlah korban jiwa
yang ditimbulkan. Bandingkan dengan Gunung Merapi di Jawa Tengah yang telah
meletus 28 kali hanya dalam kurun waktu 130 tahun dan menewaskan ribuan jiwa.
Letusan pertama Gunung Ciremai tercatat terjadi pada 3 Februari 1698. Pada
waktu itu, digambarkan sebuah gunung besar di Cirebon telah roboh dan
menyebabkan permukaan air di sungai-sungai mendadak naik sehingga menyebabkan
korban jiwa, tanpa data jumlah korban yang jelas.
Letusan
itu disusul letusan kecil pada 11-12 Agustus 1772, 1775, dan April 1805.
Ketiganya tanpa menimbulkan jatuhnya korban jiwa atau kerusakan yang berarti.
Tahun 1917 terjadi semburan uap belerang di dinding selatan gunung yang
dikategorikan dalam letusan, kemudian pada September 1924 terjadi tembusan
fumarola kuat di bagian barat kawah dan dinding pemisah kawah. Letusan besar
terakhir tercatat pada periode 24 Juni 1937– 7 Januari 1938, berupa letusan
preatik dari kawah pusat dan celah-celah radial di dalam perut gunung. Meski
tidak jatuh korban jiwa maupun kerusakan berat, tetapi abu vulkanik yang
dimuntahkan gunung tersebut tercatat jatuh tersebar di kawasan seluas 52.500
kilometer persegi.
Padahal,
bagaimanapun juga, harus tetap disadari bahwa Gunung Ciremai adalah gunung
berapi aktif. Bahkan, DVMBG hingga saat ini masih menetapkan sedikitnya tiga
daerah kawasan rawan bencana (KRB) dengan tingkat-tingkat risiko masing-masing.
KRB I atau Daerah Bahaya adalah daerah dengan radius 5 kilometer dari pusat
kawah gunung yang kemungkinan bakal diterjang lahar panas maupun dingin, awan
panas, dan jatuhan piroklastik berat, seperti batu-batuan dan bongkahan mineral
dari perut gunung pada waktu meletus. Daerah ini meliputi luas wilayah sekitar
145,3 km persegi.
KRB
II atau Daerah Waspada adalah daerah dengan radius 8 km dari kawah gunung dan
merupakan daerah berisiko terkena lontaran material piroklastik dari dalam
kawah dan rawan diterjang lahar hujan atau lahar dingin. Daerah Waspada ini
meliputi luas wilayah sebesar 187,8 km persegi.
Kawasan
Gunung Ciremai merupakan kawasan Hutan Lindung/Tutupan yang ditunjuk oleh
Pemerintah Hindia Belanda dan disahkan pada tanggal 28 Mei 1941 dengan fungsi
utama pengaturan tata air, pencegah erosi, sedimentasi, longsor, banjir dan
bencana alam akibat letusan gunung merapi, menjaga kesuburan tanah areal di
bawahnya dan kelestarian flora dan fauna di dalam ekosistemnya.
Seiring
dengan perkembangan periode pengelolaan hutan di Indonesia, pada tanggal 10
Maret 1978, Kawasan Hutan Gunung Ciremai telah ditunjuk menjadi hutan produksi
wilayah kerja unit produksi (Unit III) Perum Perhutani dengan SK Menteri
Pertanian Nomor 143/Kpts/Um/3/1978. Dengan perubahan status kawasan menjadi
hutan produksi menyebabkan terganggunya fungsi utama kawasan Gunung Ciremai
karena terdapat pengelolaan tanah secara intensif dan penebangan hutan alam
yang diganti dengan pohon pinus sehingga mengurangi habitat tumbuhan dan satwa
liar. Pada tanggal 4 Juli 2003 Kawasan Hutan Gunung Ciremai yang dikelola Perum
Perhutani berubah status menjadi Hutan Lindung Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri No. 195/Kpts-II/2003.
Usulan
Bupati Kabupaten Kuningan dan Majalengka yang disetujui DPRD mendapat respon
yang positif sehingga berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.
424/Menhut-II/2004Tanggal 19 Oktober 2004, Perubahan Fungsi Hutan Lindung Pada
Kelompok Hutan Gunung Ciremai Seluas + 15.500 ha Terletak di Kabupaten Kuningan
Dan Majalengka, rovinsi Jawa Barat Menjadi Taman Nasional dan kemudian di
kelola oleh Balai Taman Nasional Gunung Ciremai sejak akhir tahun 2006.
III. Gambaran
Umum Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai
Taman Nasional Gunung
Ciremai (TNGC) adalah sebuah kawasan konservasi yang terletak di provinsi Jawa
Barat, Indonesia. Taman nasional ini dimaksudkan untuk melindungi kekayaan
hayati dan lingkungan di wilayah Gunung Ciremai. Kawasan Hutan Gunung Ciremai telah
ditunjuk menjadi taman nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. :
SK.424/Menhut-II/2004 tentang perubahan fungsi kawasan hutan lindung pada
kelompok hutan Gunung Ciremai seluas ± 15.500 (lima belas ribu lima ratus)
hektar terletak di Kabupaten Kuningan dan Majalengka, Provinsi Jawa Barat
menjadi Taman Nasional Gunung Ciremai. Hutan di Taman Nasional Gunung Ciremai
selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, tetapi juga merupakan daerah
resapan air bagi kawasan di bawahnya dan beberapa sungai penting di Kabupaten
Kuningan, Majalengka dan Cirebon sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan.
Taman Nasional Gunung Ciremai
Letak : Jawa Barat, Indonesia
Kota
terdekat : Kuningan
Koordinat : 6°54′25.5″S 108°24′47.5″EKoordinat:
6°54′25.5″S 108°24′47.5″E
Luas : 15.859,17 ha
Didirikan : 2004
Pihak
pengelola : Kementerian Kehutanan
Bentuk wilayah TN
Gunung Ciremai cenderung melonjong, dengan sumbu panjang nyaris tepat di arah
utara-selatan, dan dengan tiga tonjolan memanjang serupa tanjung di arah utara,
barat, dan barat daya. Wilayah ini berada di antara garis-garis bujur
108°21'35"—108°28'00" BT dan garis-garis lintang 6°50'25"—6°58'26"
LS. Topografinya sebagian besar bergelombang (64%) dan curam (22%),
bergunung-gunung, dengan puncak tertinggi pada ketinggian 3.078 m dpl.
Kawasan TNGC ini
sebagian masuk wilayah Kabupaten Kuningan (8.931,27 ha), dan sebagian lagi di
wilayah Kabupaten Majalengka (6.927,9 ha). Di sebelah utara kawasan hutan ini
berbatasan dengan wilayah Kabupaten Cirebon; sementara batas-batasnya di sisi
timur terletak di kecamatan-kecamatan Cilimus, Jalaksana, dan Kramatmulya. Di
selatan, batas-batas ini berada di wilayah Cigugur, Kadugede, Nusaherang, serta
Darma; di barat berada di wilayah Majalengka.
IV. Hasil
Pengamatan
a)
Pengelolaan
dan Pengembangan Kawasan TNGC
Di wilayah
Gunung Ceremai ini, hutan di bawah 1.000 m semula merupakan kawasan hutan
produksi yang dikelola Perhutani KPH Kuningan. Hutan-hutan ini telah berubah
menjadi hutan tanaman tusam dan beberapa jenis pohon kayu yang lain. Sementara
hutan pada ketinggian 1.000 m ke atas sebelumnya adalah hutan lindung, yang
sebagiannya telah rusak terganggu oleh letusan gunung, dan kemudian oleh
aktivitas masyarakat serta kebakaran hutan. Berdasarkan kondisi iklimnya,
hutan-hutan pegunungan ini bisa dibedakan atas hutan dataran tinggi basah di
bagian selatan (Cigugur dan sekitarnya) dan hutan dataran tinggi yang lebih kering
di sebelah utara di wilayah Setianegara dan sekitarnya.
Hutan di zona
pegunungan basah dari Cigugur ke arah puncak Ceremai cukup kaya akan jenis
pohon. Tercatat di antaranya jenis-jenis saninten (Castanopsis argentea, C. javanica, C. tungurrut) dan pasang (Lithocarpus elegans dan L. sundaicus)
dari suku Fagaceae; jenitri (Elaeocarpus
obtusus, E. petiolatus dan E. stipularis), suku Elaeocarpaceae; mara (Macaranga denticulata) dan kareumbi (Omalanthus populneus), suku
Euphorbiaceae; aneka jirak (Symplocos fasciculata,
S. spicata, S. sessilifolia, S. theaefolia), Symplocaceae; jenis-jenis ara
(di antaranya Ficus padana dan F.
racemosa), Moraceae; puspa (Schima
wallichii) dan ki sapu (Eurya
acuminata), Theaceae; dan lain-lain.
Di bagian yang
lebih kering di Setianegara, hutan didominasi oleh jenis-jenis huru atau medang
(Litsea spp.), saninten (C. argentea dan C. javanica), mara (Macaranga tanarius), mareme (Glochidion sp.), bingbin (Pinanga javana), dan pandan gunung
(Pandanus sp.). Di bagian yang lebih atas zona montana ini juga didapati
dominansi dari jamuju (Dacrycarpus imbricatus, Podocarpaceae) yang membentuk
sabuk vegetasi khusus.
Gunung Ceremai
merupakan daerah penting bagi burung (IBA, Important Bird Areas JID 24),
sekaligus daerah burung endemik (EBA, Endemic Bird Areas DBE 160). Beberapa
jenisnya berstatus rentan (IUCN:VU, vulnerable), misalnya celepuk jawa (Otus
angelinae) dan ciung-mungkal jawa (Cochoa
azurea). Tercatat pula sekurangnya 18 spesies yang lain yang berstatus
burung sebaran terbatas (restricted area bird) seperti halnya puyuh-gonggong
jawa (Arborophila javanica), walik
kepala-ungu (Ptilinopus porphyreus),
takur bututut (Megalaima corvina),
berkecet biru-tua (Cinclidium diana),
poksai kuda (Garrulax rufifrons),
cica matahari (Crocias albonotatus),
opior jawa (Lophozosterops javanicus),
kenari melayu (Serinus estherae), dan
lain-lain.
Cucak gunung
adalah salah satu jenis burung sebaran terbatas yang ditemukan di Ceremai. Beberapa jenis mamalia penting yang
terdapat di TNGC, di antaranya, macan tutul (Panthera pardus); surili (Presbytis
comata); lutung budeng (Trachypithecus
auratus); kukang jawa atau muka geni (Nycticebus
javanicus); kijang muncak (Muntiacus
muntjak); dan pelanduk jawa (Tragulus
javanicus).
b)
Inventarisasi
Keanekaragaman Hayati Kawasan TNGC
No
|
Nama Tanaman
|
Gambar
|
Karakteristik
|
1.
|
Kopi Arabica
(Coffea
arabica L.)
|
|
Pohon kopi dapat tumbuh sampai
ketinggian lebih dari 30 kaki, pohon kopi ini ditutupi daun-daun yang
berwarna hijau gelap, berlilin dan tumbuh saling membelakangi satu sama lain
berpasangan. Buahnya tumbuh di sepanjang cabang pohon itu. Dibutuhkan hampir
satu tahun bagi buah kopi untuk menjadi masak setelah berbunga, dengan
bunga-bunga yang bermekaran berwarna putih dan beraroma semerbak. Karena buah
kopi tumbuh dalam suatu siklus yang berkelanjutan, merupakan hal biasa untuk
melihat bunga-bunga, buah-buah hijau dan buah-buah yang telah matang dalam
suatu pohon.
Pohon-pohon itu dapat hidup
selama 20 - 30 tahun dan bisa tumbuh di iklim yang beragam, sepanjang tidak
banyak terjadi fluktuasi temperatur. Secara optimal, pohon kopi menyukai
tanah subur dan temperatur rendah,dengan sering turunnya hujan dan sinar
matahari yang ternaungi.
|
2.
|
Durian
(Durio zibenthinus)
|
|
Tumbuh
tinggi dapat mencapai ketinggian 25–50 m
tergantung spesiesnya, pohon durian sering memiliki banir (akar papan). Pepagan (kulit batang) berwarna coklat kemerahan,
mengelupas tak beraturan. Tajuknya rindang dan renggang.Daun berbentuk jorong hingga lanset, 10-15(-17) cm × 3-4,5(-12,5) cm; terletak berseling; bertangkai;
berpangkal lancip atau tumpul dan berujung lancip melandai; sisi atas
berwarna hijau terang, sisi bawah tertutup sisik-sisik berwarna perak atau keemasan dengan bulu-bulu bintang. Bunga (juga buahnya) muncul langsung dari batang (cauliflorous)
atau cabang-cabang yang tua di bagian pangkal (proximal), berkelompok
dalam karangan berisi 3-10 kuntum berbentuk tukal atau
malai rata. Kuncup bunganya membulat, sekitar 2 cm diameternya, bertangkai
panjang. Kelopak bunga bentuk tabung sepanjang lk. 3 cm, daun kelopak
tambahan terpecah menjadi 2-3 cuping berbentuk bundar telur. Mahkota bentuk sudip, kira-kira 2× panjang kelopak, berjumlah 5 helai,
keputih-putihan. Benang sarinya banyak, terbagi ke dalam 5 berkas; kepala putiknya membentuk bongkol, dengan tangkai yang berbulu.
Bunga muncul dari kuncup dorman, mekar pada sore hari dan bertahan hingga beberapa
hari. Pada siang hari bunga menutup. Bunga ini menyebarkan aroma wangi yang
berasal dari kelenjar nektar di bagian pangkalnya untuk menarik perhatian kelelawar sebagai penyerbuk utamanya
|
3.
|
Bunga
Kana
(Canna indica L) |
|
Bunga Tasbih adalah sejenis tanaman
berperdu, tingginya lebih kurang 2 meter. Bunga Tasbih mempunyai pelbagai
jenis, antaranya ialah Canna Indica, Canna Generalis dan Canna Endulis. Untuk
tujuan perubatan biasanya dari jenis Canna Indica Linn dicari.Bunga Tasbih
besar dan keluar di hujung pucuk. Bunganya ada bermacam-macam jenis warna.
Ada yang berwarna merah, kuning dan jingga. Bunganya besar dengan warna-warna
cerah (merah dan kuning). Buahnya berupa buah kendaga, berbiji banyak dan
berbentuk bulat. Hampir selalu ditanam sebagai tanaman hias, dan juga dapat
tumbuh liar di hutan dan daerah pegunungan samapi ketinggian ±1.000 m dari
permukaan laut.
|
4.
|
Alpukat
(Persea americana)
|
|
Apokat atau Persea americana
ialah tumbuhan penghasil buah meja dengan nama sama. Berasal dari Meksiko, Amerika
Tengah, dan Guam. Banyak dibudidayakan di Amerika Selatan dan Amerika
Tengah.Batangnya bisa mencapai tinggi 20m dengan daun sepanjang 12 hingga 25
sentimeter. Bunganya tersembunyi dengan warna hijau kekuningan dan ukuran 5
hingga 10 milimeter. Ukurannya bervariasi dari 7 hingga 20 sentimeter, dengan
massa 100 hingga 1000 gram, dan biji yang besar, 5 hingga 6.4 sentimeter.Buahnya
bertipe buni, memiliki kulit lembut tak rata berwarna hijau tua hingga ungu
kecoklatan, tergantung pada varietasnya. Daging buah alpukat berwarna hijau
muda dekat kulit dan kuning muda dekat biji, dengan tekstur lembut
|
5.
|
Kayu Mahoni
(wietenia mahagoni)
|
|
Tanaman mahoni merupakan tanaman tahunan, dengan
tinggi rata-rata 5 - 25 m (bahkan ada yang mencapai lebih dari 30 m), berakar
tunggang dengan batang bulat, percabangan banyak, dan kayunya bergetah.
Daunnya berupa daun majemuk, menyirip genap, helaian daun berbentuk bulat
telur, ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, tulang menyirip dengan
panjang daun 3 - 15 cm. Daun yang masih muda berwarna merah dan setelah tua
jreng..jreng.. bukan sulap bukan sihir, berubah menjadi hijau. Bunga tanaman
mahoni adalah bunga majemuk, tersusun dalam karangan yang keluar dari ketiak
daun. Ibu tangkai bunga silindris, berwarna coklat muda. Kelopak bunganya lepas
satu sama lain dengan bentuk menyerupai sendok, berwarna hijau. Mahkota bunga
silindris, berwarna kuning kecoklatan. Benang sari melekat pada mahkota.
Kepala sari berwarna putih/kuning kecoklatan. Tanaman mahoni ini baru akan
berbunga setelah usia 7 atau 8 tahun. Setelah berbunga, tahap selanjutnya
adalah berbuah. Buah mahoni merupakan buah kotak dengan bentuk bulat telur
berlekuk lima. Ketika buah masih imut berwarna hijau, dan setelah besar
berwarna coklat. Di dalam buah terdapat biji berbentuk pipih dengan ujung
agak tebal dan warnanya coklat kehitaman. Buah yang sudah renta alias tua
sekali kulit buahnya akan pecah dengan sendirinya dan biji-biji pipih itu
akan bebas berterbangan kemana angin meniup.
|
6.
|
Petai Cina
(Leuconia
leucocephala)
|
|
Pohon atau perdu,
tinggi hingga 20m;
meski kebanyakan hanya sekitar 10m. Percabangan rendah, banyak, dengan
pepagan kecoklatan atau keabu-abuan, berbintil-bintil dan berlentisel.
Ranting-ranting bulat torak, dengan ujung yang berambut rapat.Daun majemuk menyirip
rangkap, sirip 3—10 pasang, kebanyakan dengan kelenjar pada poros daun tepat
sebelum pangkal sirip terbawah; daun penumpu kecil, segitiga. Anak daun tiap
sirip 5—20 pasang, berhadapan, bentuk garis memanjang dengan ujung runcing
dan pangkal miring (tidak sama), permukaannya berambut halus dan tepinya
berjumbai. Bunga
majemuk berupa bongkol
bertangkai panjang yang berkumpul dalam malai berisi 2-6 bongkol;
tiap-tiap bongkol tersusun dari 100-180 kuntum bunga, membentuk bola berwarna
putih atau kekuningan berdiameter 12—21 mm, di atas tangkai sepanjang 2—5 cm.[3]
Bunga kecil-kecil, berbilangan—5; tabung kelopak bentuk lonceng bergigi
pendek, lk 3 mm; mahkota bentuk solet, lk. 5 mm, lepas-lepas. Benangsari 10 helai, lk 1 cm,
lepas-lepas.
|
7.
|
Pisang
(Musa Paradisiaca)
|
|
Tumbuhan ini berasal dari Asia dan tersebar di
spanyol, Itali, Indonesia, Amerika dan bagian dunia yang lain. Tumbuhan
pisang menyukai daerah alam terbuka yang cukup sinar matahari , cocok tumbuh
didataran rendah sampai pada ketinggian 1000 meter lebih diatas permukaan
laut. Pada dasarnya tanaman pisang merupakan tumbuhan yang tidak memiliki
batang sejati. Batang pohonnya terbentuk dari perkembangan dan pertumbuhan
pelepah pelepah yang mengelilingi poros lunak panjang , Batang pisang yang
sebenarnya terdapat pada bonggol yang tersembunyi di dalam tanah
|
8.
|
Bambu
(Bambusa sp.)
|
Bambu
tergolong keluarga Graminae (rumput-rumputan). Tanaman ini juga sering
disebut sebagai rumput raksasa (Giant Grass). Bambu merupakan tanaman
berumpun yang terdiri dari sejumlah batang/ buluh yang tumbuh secara bertahap
dari mulai rebung (tunas bambu), batang muda, dan batang dewasa pada umur 4 –
5 tahun.Bambu memiliki tiga bagian tubuh utama yang tampak, yaitu akar,
batang, dan daun. Akar bambu terdiri atas rimpang (rhizon) yang berbuku dan
beruas. Pada buku akan ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang dapat tumbuh
menjadi batang.Sedangkan batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku,
beruas-ruas, berongga (ada pula yang masif), berdinding keras, pada setiap
buku terdapat mata tunas atau cabang. Warna batangnya biasanya hijau dan jika
sudah tua akan menguning atau cokelat. Tumbuhnya ke atas dan tegak lurus
(erectus).Bagian selanjutnya adalah daunnya, daun bambu (folium Bambusa
sp) merupakan bagian yang memiliki heteromorfisme pada fase
kehidupannya
|
|
9.
|
Pacing (Costus sp.)
|
Herba tegak, 0,5-1,5 m. Daun pacing nyaris tak bertangkai, kalaupun ada
hanya 1,5 cm panjangnya, berlidah pendek. Helaian daun berbentuk mata tombak,
ukuran 9-37 kali 3-10 cm. Bunga duduk berbentuk terminal rapat, berwarna
merah muda atau putih. Daun pelindung memanjang runcing berdiri tempel.
Kelopak tidak rontok, serupa tulang segitiga, mahkota membentuk tabung 1×0,5
cm. Tajuk bulat telur, ujung runcing pendek. Buahnya bersegi tiga merupakan
buah kotak berwarna merah dengan biji.
|
|
10.
|
Suplir
(Adiantum
venustum)
|
Suplir adalah sebutan awam bagi
segolongan tumbuhan
yang termasuk dalam genus
Adiantum, famili Adiantaceae.
Sebagai tumbuhan paku-pakuan, suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya. Perbanyakan generatif
suplir dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi
tanaman yang sudah dewasa.Suplir memiliki penampilan yang jelas berbeda dari
jenis paku-pakuan lain. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung
membulat. Sorus
merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora terlindungi
oleh sporangium yang dilindungi
oleh indusium. Tangkai entalnya khas,
berwarna hitam mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa.
Sebagaimana paku-pakuan lain, daun tumbuh dari rizoma dalam
bentuk melingkar ke dalam (bahasa Jawa mlungker) seperti tangkai biola
(disebut circinate vernation) dan perlahan-lahan membuka. Akarnya
serabut dan tumbuh dari rizoma
|
|
11.
|
Rotan
Berduri
(Plectocomia graffithii)
|
|
Hidup
berumpun, tumbuh dipinggir sungai/dataran rendah dan juga ditemui di
pegunungan. Ruas batang nyata, warna batang hijau muda kekuning-kuningan,
panjang ruas 25 – 40 cm diameter batang 1-2 cm merata sampai ujung, buku pada
ruas melingkar rata dan berwarna hutam dimana ruas pada bagian bawah buku
besar dan ruas pada bagian atas mengecil dan merata sampai keujung batang.
Permukaan batang licin dan mengkilap. pada rotan yang tiap panen
batangnya/bekas pelepah sepanjang ± 16 - 60 meter pada ujung batang kurang
lebih 4 meter terdapat daun. Pada ujung batang terdapat pelepah daun
berbentuk menonjol berbuku, pelepah daun berduri pada pinggir kiri dan kanan
kira-kira 20 - 30 cm dari pelepah duri menghadap kebawah miring 45o, ujung
pelepah terdapat sulur panjat dengan panjang kurang lebih 2 - 3 meter
berfungsi sebagai alat panjat dengan duri berpasangan 4 - 5 berjarak 3 cm,
naik keujung semakin rapat. Bentuk daun memanjang dengan panjang daun kurang
lebih 20 - 50 cm, lebar daun 3 - 6 cm. Warna daun hijau, pada bagian bawah
daun terdapat 4 tulang daun yang memiliki duri halus berjarak 2 - 3 cm. Ujung
daun meruncing berbulu halus, makin ke ujung buluh makin rapat, pada
sepanjang tepi daun berduri halus.
|
12.
|
Jamuju
(Podocarpus imbricatus)
|
|
Pohon
jamuju merupakan sejenis pohon berkayu dengan ciri-ciri daun kecil
memanjang mirip pohon akasia. Jamuju merupakan jenis pohon atau tanaman yang
langka. Tidak hanya sebagai jenis tanaman langka, tapi juga pohon
jamuju ini diyakini sebagai tanaman endemik (khas suatu daerah)
Tasikmalaya bagian selatan. Tanaman jamuju sebenarnya memiliki karakter tidak
jauh berbeda dengan tanaman kayu keras lainnya, seperti faktor
ketahanan kayunya yang cukup keras. ”Namun, jamuju tergolong kayu dengan
masa pertumbuhan yang lambat dewasa jika dibandingkan dengan kayu seperti
albasia. Selama ini, jenis pohon jamuju hanya dikenal oleh kalangan
terbatas seperti para petani yang sudah berumur tua.
|
13.
|
Pulus
(Laportea stimulans)
|
|
tanaman
pohonan yang banyak ditemukan di daerah hutan hujan tropis dataran rendah di
sebagian Indonesia. Sebarannya cukup luas termasuk di Masigit Kareumbi.Di
beberapa daerah, Pulus sering dipersamakan dengan Kemadu atau Kemaduh (Laportea
sinuata), walaupun sejatinya Kemadu adalah spesies yang berbeda, namun
demikian keduanya sama-sama memiliki bulu sengat.Pulus (wood nettle, stinging
nettle) termasuk dalam famili Urticaceae sehingga berkerabat dekat
dengan tanaman Jelatang atau Jelutung (Girardina palmata). Di beberapa
daerah Pulus juga sering disebut Jelatang. Walaupun secara fisik sebetulnya
tanaman ini berbeda karena Jelatang memiliki daun berbentuk menjari seperti
daun pepaya,berbentuk perdu dan memiliki duri di sekujur tubuhnya sampai ke
batang.
|
14.
|
Simpur
(Dillenia suffruticosa)
|
|
Batangnya Hingga
10 m semak. Tidak stipules. Daun sebaliknya, sederhana, urat daun menyirip,
tangkai daun bersayap sepanjang seluruh panjang. Bunga sekitar 95 mm, kuning,
kadang-kadang diatur dalam cluster tenang. Buah sekitar 23 mm kapsul, merah
panjang, pecah, biji dengan aril merah.
Habitat
& Ekologi Terutama
di hutan sekunder atau dalam pembukaan lahan di hutan-hutan tidak terganggu,
bahkan di Keranga - kesehatan hutan di tanah podsolik dari tropis serta
sepanjang sungai. Kebanyakan pada aluvial (tanah aluvial) seperti Rawa, hutan
bakau, tepi sungai, tapi kadang-kadang juga ditemukan di bukit dan
pegunungan. Pada liat ke tanah berpasir. Pembungaan: terus menerus, setiap
bunga terbuka untuk satu hari saja, di antara dua bunga dari buah yang sama
adalah jarak sekitar 3-4 hari. Pemasakan buah setelah 36 hari (Corner, 1940).
|
15.
|
Kaca
Piring
|
|
Kaca piring berasal dari Cina dan Jepang. Bisa
ditemukan sebagai tanaman hias di pakarangan pada daerah pegunungan dengan
ketinggian 400 m dpl dan baru berbuah jika ketinggian sekitar 3.000 kaki dpl.
Perdu tegak dengan ketinggian 1-2 m ini mempunyai batang bulat berkayu,
bercabang, ranting muda, dan daunnya berlapis lilin. Daun letaknya berhadapan
atau berkarang tiga, tebal dan licin seperti kulit, bertangkai pendek
bentuknya elips atau bulat telur sungsang, ujung dan pangkal runcing, tepi
rata, permukaan atas mengkilap, panjang 4,5-13 cm, lebar 2-5 cm, warnanya
hijau tua. Bunga tunggal, bertangkai pendek, warnanya putih, keluar dari
ujung ranting, baunya harum. Buah bentuknya bulat telur, kulitnya tipis,
mengandung pigmen berwarna kuning, dan berbji banyak. Di Cina, bunganya
digunakan sebagai penambah rasa pada daun teh. Buahnya bisa dimakan dan dapat
digunakan sebagai pewarna kuning pada makanan (seperti kunyit).
|
16.
|
Pepaya
(Carica papaya)
|
|
Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau
bercabang sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang
membentuk serupa spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima
dengan tangkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah. Bentuknya dapat
bercangap ataupun tidak. Pepaya kultivar biasanya bercangap dalam. Pepaya
adalah monodioecious' (berumah tunggal sekaligus berumah
dua) dengan tiga kelamin: tumbuhan jantan, betina, dan banci (hermafrodit). Tumbuhan jantan dikenal sebagai "pepaya
gantung", yang walaupun jantan kadang-kadang dapat menghasilkan buah
pula secara "partenogenesis". Buah ini mandul (tidak menghasilkan biji
subur), dan dijadikan bahan obat tradisional. Bunga pepaya memiliki mahkota bunga berwarna kuning pucat dengan tangkai atau
duduk pada batang. Bunga jantan pada tumbuhan jantan tumbuh pada tangkai
panjang. Bunga biasanya ditemukan pada daerah sekitar pucuk. Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung
biasanya meruncing. Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak
hijau muda hingga kuning.
|
17.
|
Mahkota
Dewa
|
|
Mahkota
dewa ditanam sebagai tanaman peneduh. Ukurannya tidak terlalu besar dengan
tinggi mencapai 3 meter, mempunyai buah yang berwarna merah menyala yang
tumbuh dari batang utama hingga ke ranting. Untuk memperpanjang masa simpan
buah mahkota dewa, dapat dilakukan pengawetan dengan beberapa cara antara lain
pendinginan, pengalengan, dan pengeringan. Pengeringan yang dilakukan pada
buah mahkota dewa bertujuan mengurangi kadar air dalam bahan, sehingga air
yang tersisa tidak dapat digunakan sebagai media hidup mikroba perusak yang
ada di dalam bahan tersebut, dengan kata lain dapat memperpanjang masa simpan
buah mahkota dewa tersebut.
|
18.
|
Pinus
Pinus merkusii)
|
|
pohon besar yang tinggi mencapai 25-45 meter (82-148
kaki) tinggi dan dengan diameter batang sampai 1 meter (3,3 kaki). Kulit
berwarna oranye-merah, tebal dan sangat pecah-pecah di dasar bagasi, dan
tipis dan bersisik di bagian atas mahkota. Daun ('jarum') yang di pasang,
sangat ramping, panjang 15-20 cm dan kurang dari 1 mm tebal, hijau menjadi
hijau kekuning-kuningan. Kerucut
yang berbentuk kerucut sempit, 5-8 cm dan 2 cm lebar di dasar ketika
tertutup, hijau pada awalnya, pematangan mengilap merah-coklat. Mereka
terbuka untuk 4-5 cm yang luas pada saat jatuh tempo untuk melepaskan benih.
Benih 5-6 mm, dengan sayap 15-20 mm, dan angin-tersebut
|
19.
|
Elang jawa
(Nisaetus bartelsi)
|
|
Elang yang bertubuh sedang sampai besar, langsing,
dengan panjang tubuh antara 60-70 cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor).Kepala berwarna
coklat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2-4 bulu,
panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang coklat kekuningan (kadang nampak
keemasan bila terkena sinar matahari). Jambul hitam dengan ujung putih;
mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat gelap.
Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur
di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas
warna kuning kecoklatan pucat, yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi
berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang merah sawomatang
sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu perut dan kaki.
Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecoklatan
dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang nampak jelas di sisi bawah,
ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih
besar.Iris mata kuning atau kecoklatan; paruh kehitaman; sera (daging di
pangkal paruh) kekuningan; kaki (jari) kekuningan.
|
20.
|
Harimau
(Panthera
tigris)
|
|
Harimau dikenal sebagai kucing
terbesar, harimau pada dasarnya mirip dengan singa ukurannya,
walaupun sedikit lebih berat. Beda subspesies harimau memiliki karakteristik
yang berbeda juga, pada umumnya harimau jantan memiliki berat antara 180 dan
320 kg dan
betina berbobot antara 120 dan 180 kg. Panjang jantan antara 2,6 dan 3,3 meter, sedangkan
betina antara 2,3 dan 2,75 meter. Di antara subspesies yang masih hidup, Harimau
Sumatera adalah yang paling kecil dan Harimau
Siberia yang paling besar.Loreng pada kebanyakan harimau bervariasi dari coklat ke hitam. Bentuk dan
kepadatan lorengnya berbeda-beda satu dengan yang lain, tapi hampir semua
harimau memiliki lebih dari 100 loreng.
|
21.
|
Bunga bangkai
(Amorphophallus
titanium)
|
Bunga bangkai atau suweg raksasa atau batang krebuit (nama lokal untuk
fase vegetatif), Amorphophallus titanum, merupakan tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae) endemik
dari Sumatera, Indonesia, yang
dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk) terbesar di dunia, meskipun
catatan menyebutkan bahwa kerabatnya, A. gigas (juga endemik dari
Sumatera) dapat menghasilkan bunga setinggi 5m. Namanya berasal dari bunganya yang mengeluarkan bau
seperti bangkai yang membusuk, yang dimaksudkan sebenarnya untuk mengundang kumbang dan lalat penyerbuk bagi
bunganya. Banyak orang sering salah mengira dan tidak bisa membedakan bunga
bangkai dengan "Rafflesia arnoldii" mungkin karena orang sudah
mengenal bahwa Rafflesia sebagai bunga terbesar dan kemudian menjadi bias
dengan ukuran bunga bangkai yang juga besar.Tumbuhan ini memiliki dua fase
dalam kehidupannya yang muncul secara bergantian, fase vegetatif dan fase
generatif. Pada fase vegetatif muncul daun dan batang semunya. Tingginya
dapat mencapai 6m. Setelah beberapa waktu (tahun), organ vegetatif ini
layu dan umbinya dorman. Apabila cadangan makanan di umbi mencukupi dan
lingkungan mendukung, bunga majemuknya akan muncul.
|
|
22.
|
Kantung Semar
(Nephentes sp.)
|
Kantong semar merupakan tumbuhan
pemanjat atau menjalar. Daunnya berbentuk antara oval dan lanset, tunggal
tidak bergerigi dan panjang tangkai berkisar antara 5 – 10 cm. Bagian ujung
daun (apex) mengalami pemanjangan, mula-mula bagaikan bangunan seperti cacing
atau cambuk (disebut tendril) sepanjang antara 15 sampai 30 centimeter,
bergantung pada jenisnya. Tendril ini berfungsi untuk memegang ranting dimana
ia memanjat, selanjutnya tendril ini menggelembung membentuk kantong dengan
tudung menyerupai tutup sebuah periuk.Bentuk dari kantong pada tumbuhan
kantong semar sangat bergantung dari jenisnya. Pada Nepenthes. ampullaria
kantong (pitcher)-nya berbentuj seperti periuk dengan panjang sekitar 10 cm dan
garis tengah mulut kurang lebih 8 cm., sedangkan pada Nepenthes gracillima
lebih menyerupai tabung atau terompet dengan panjang sekitar 20 cm dan garis
tengah mulut ± 8 cm. Karena relatif berat bagi penyanggnya, umumnya ujung
daun (kantong/ pitcher) ini menjuntai sampai tanah. Pada bagian luar kantong
semar terdapat dua baris bangunan seperti duri (gerigi) vertikal
|
|
23.
|
Alang-alang
(Imperata cylindrica)
|
|
Sejenis rumput berdaun tajam, yang kerap menjadi gulma
di lahan pertanian. Rumput menahun dengan tunas panjang dan
bersisik, merayap di bawah tanah. Ujung (pucuk) tunas yang muncul di tanah
runcing tajam, serupa ranjau duri. Batang pendek, menjulang naik ke atas
tanah dan berbunga, sebagian kerapkali (merah) keunguan, kerapkali dengan
karangan rambut di bawah buku. Tinggi 0,2 – 1,5 m, di
tempat-tempat lain mungkin lebih.Helaian daun berbentuk garis (pita panjang) lanset
berujung runcing, dengan pangkal yang menyempit dan berbentuk talang, panjang
12-80 cm, bertepi sangat kasar dan bergerigi tajam,
berambut panjang di pangkalnya, dengan tulang daun yang lebar dan pucat di
tengahnya. Karangan bunga dalam malai, 6-28 cm panjangnya, dengan anak bulir
berambut panjang (putih) lk. 1 cm, sebagai alat melayang bulir buah bila
masak.
|
24.
|
Lengkuas
(Alpinia galanga)
|
|
Akar : Rimpang besar dan
tebal, berdaging, berbentuk silindris, diameter sekitar 2-4 cm, dan
bercabang-cabang. Bagian luar berwarna coklat agak kemerahan atau kuning
kehijauan pucat,mempunyai sisik-sisik berwarna putih atau kemerahan, keras
mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih. Daging rimpang yang
sudah tua berserat kasar. Apabila dikeringkan, rimpang berubah menjadi agak
kehijauan, dan seratnya menjadi keras dan liat. Batang : Batangnya
tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang bersatu membentuk batang semu,
berwarna hijau agak keputih- putihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari
pangkal batang tua. Selain untuk masakan lengkuas masih bisa dipergunkan
untuk yang lainnya diantaranya untuk menyembuhkan jamur kulit (panu) dengan
cara bagian yang masih muda dekat tunas diiris melintang dan bagian irisan
tadi dicacah dengan pisau kemudian cacahan tadi di tetesi minyak tanah,
setelah itu digosokkan pada kulit yang terkena jamur kilit. Cara penggosokan
jangan sampai kulit lecet. Daun : Daun tunggal berwarna hijau,
bertangkai pendek tersusun berseling. Daun disebelah bawah dan atas biasanya
lebih kecil daripada yang ditengah. Bentuk daun lanset memanjang dan ujungnya
runcing, pangkal tumpul dengan tepi daun rata. Pertulangan daun menyirip,
panjang daun sekitar 20- 60 cm, dan lebarnya 4 - 15 cm. Pelepah daun
kira-kira 15 - 30 cm, beralur dan berwarna hijau. Bunga : merupakan
bunga majemuk berbentuk lonceng, berbau harum, berwarna putih kehijauan atau
putih kekuningan. Ukuran perbungaan lebih kurang 10-30 cm x 5-7 cm. Jumlah
bunga di bagian bawah tandan lebih banyak dari pada di bagian atas, panjang
bibir bunga 2,5 cm, berwarna putih dengan garis miring warna merah muda pada
tiap sisi. Mahkota bunga yang masih kuncup, pada bagian ujungnya berwarna
putih, sedangkan pangkalnya berwarna hijau. Buah : buahnya berupanya
buah buni, berbentuk bulat, keras. ketika muda berwarna hijau-kuning, setelah
tua berubah menjadi hitam kecoklatan,
|
25.
|
Anak Nakal
|
|
tanaman berdaun kecil-kecil dan lebat diduga
memiliki daya isap CO2 lebih kuat dibanding yang lebar tetapi sedikit. Ada
beberapa jenis tanaman yang ditandainya mampu menyerap gas beracun dengan berbagai kapasitas rendah hingga
sedang. Perdu atau jenis tanaman penghalang. Cirinya, berdaun banyak,
kecil-kecil, lebat dengan percabangan banyak.
Tanaman penghalang mampu menyerap
debu. Butiran halus kotoran akan menempel pada daun yang kemudian
luruh saat diguyur hujan
|
V. Kesimpulan
Kawasan taman nasional gunung ciremai merupakan kawasan
konservasi ekosistem hutan yang masih asri dan terlindungi, memiliki banyak
vegetasi baik vegetasi pepohonan besar, semak hingga herba. Selain vegetasi
atau flora, TNGC juga melindungi satwa-satwa langka seperti elang jawa,
harimau, siamang dan berbagai jenis burung. Kawasan taman nasional gunung
ciremai ini layak menjadi pilihan berwisata edukasi karena selain ragam
vegetasinya yang banyak, kawasan ini juga aman dan asri.
VI. Daftar
Pustaka
·
http://kareumbi.wordpress.com/2009/03/28/info-spesies-pulus-si-daun-penyengat/di
download tgl. 25 Desember 2011
·
Brown, Michael J. (1997) (PDF). Durio — A Bibliographic Review. International Plant Genetic
Resources Institute (IPGRI). ISBN 92-9043-318-3. Diakses
pada 20 November 2008.
·
Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber
Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA –
Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2. Hal. 192-198.
·
Yumoto, Takakazu (2000). "Bird-pollination of
Three Durio Species (Bombacaceae) in a Tropical Rainforest in Sarawak,
Malaysia". American Journal of Botany 87 (8): 1181–1188. doi:10.2307/2656655.
·
Uji, T. 2005. Keanekaragaman Jenis dan Sumber Plasma Nutfah Durio (Durio spp.) di
Indonesia. Buletin Plasma Nutfah 11:28-33.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar