Rabu, 14 Desember 2016

LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU

BAB I
PENDAHULIAN
1.1   Latar Belakang
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran,  antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusiamembuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul.
 Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif, sedangkan tingkat yang lebih rendah yaitu yang menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri.
Kebenaran dapat dikelompokkan dalam tiga makna: kebenaran moral, kebenaran logis, dan kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasa, etika, ia menunjukkan hubungan antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran logis menjadi bahasan epistemologi, logika, dan psikologi, ia merupakan hubungan antara pernyataandengan realitas objektif. Kebenaran metafisik berkaitan dengan yang-ada sejauh berhadapan dengan akal budi, karena yang ada mengungkapkan diri kepada akal budi. Yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan akal budi yang menyatakannya.
Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan seperti : alasannya tidak logis, argumentasinya logis, kabar itu tidak logis. Yang dimaksud dengan logis adalah masuk akal dan tidak logis adalah sebaliknya. Ilmu kita pelajari karena manfaat yang hendak kita ambil, lalu apakah manfaat yang didapat dengan mempelajari logika? Bahwa keseluruhan informasi keilmuan merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena itu science tidak mungkin melepaskan kepentingannya terhadap logika.
Sebagai suatu ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah, logika lahir dari pemikir-pemikir Yunani yaitu Aristoteles, Theoprostus dan Kaum Stoa. Dalam perkembangannya, logika telah menarik minat dan dipelajari secara luas oleh para filosof. Logika juga menarik minat filosof-filosof muslim sehingga menjadi pembahasan yang menarik dalam masalah agama.
Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Logika merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati agar manusia dapat berpikir benar, efisien dan teratur.
Banyak permasalah dihadapan kita yang dapat kita cari solusinya dengan cara menggunakan logika. Tetapi tidak semua masalah dapat kita selesaikan dengan menggunakan logika. Apaka sah jika semua permasalahan dalam hidup ini kita selesaikan dengan menggunakan logika? Dengan demikian kami mengangkat logika sebagai bahan bahasan dalam makalah ini. Dengan harapan mampu menjadi bahan bacaan yang menarik dan mengandung daya positif.

1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana  Pengertian Logika Dalam Kehidupan Sehari-hari?
b. Bagaimana Sejarah Logika?
c. Apa saja Macam – Macam Logika?
d. Bagaimana Logika Sebagai Cabang Filsafat?
e. Bagaimana Logika sebagai Esensi dari Filsafat?
f. Apa Manfaat logika dalam pengembangan ilmu?
g. Bagaimana Cara Penemuan Kebenaran?
h. Bagaimana Kebenaran Ilmiah Dan Non Ilmiah?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui Bagaimana  Pengertian Logika Dalam Kehidupan Sehari-hari?
b. Mengetahui Bagaimana Sejarah Logika?
c. Mengetahui Apa saja Macam – Macam Logika?
d. Mengetahui Bagaimana Logika Sebagai Cabang Filsafat?
e. Mengetahui Bagaimana Logika sebagai Esensi dari Filsafat?
f. Mengetahui Apa Manfaat logika dalam pengembangan ilmu?
g. Mengetahui Bagaimana Cara Penemuan Kebenaran?
h. Mengetahui Bagaimana Kebenaran Ilmiah Dan Non Ilmiah?


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Logika Dalam Kehidupan Sehari-hari
Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu (Logos) yang artinya hasil pertimbangan akal pikiran yana diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir lurus. Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika Epiteme (Latin: logika scientia) yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan teratur Ilmu disini mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan.
Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Oleh karena itu logika terkait erat dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme. Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti akan diturunkan kesimpulan.
Logika juga merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek, hal ini yang menyebabkan logika disebut dengan filsafat yang praktis. Dalam proses pemikiran, terjadi pertimbamgan, menguraikan, membandingkan dan menghubungkan pengertian yang satu dengan yang lain. Penyelidikan logika tidak dilakukan dengan sembarang berpikir. Logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan atau ketepatannya. Suatu pemikiran logika akan disebut lurus apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum serta aturan yang sudah ditetapkan dalam logika. Dari semua hal yang telah dijelaskan tersebut dapat menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pedoman atau pegangan untuk berpikir.
B.  Sejarah Logika                  
Logika dimulai sejak Thales (624 SM – 548 SM), filusuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu. Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme. Pada 370 SM – 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika. Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM – 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M – 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Kaum Sofis, Socrates, dan Plato tercatat sebagai tokoh-tokoh yang ikut merintis lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan Kaum Stoa. Logika dikembangkan secara progresif oleh bangsa Arab dan kaum muslimin pada abad II Hijriyah. Logika menjadi bagian yang menarik perhatian dalam perkembangan kebudayaan Islam. Namun juga mendapat reaksi yang berbeda-beda, sebagai contoh Ibnu Salah dan Imam Nawawi menghukumi haram mempelajari logika, Al-Ghazali menganjurkan dan menganggap baik, sedangkan Jumhur Ulama membolehkan bagi orang-orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya. Filosof Al-Kindi mempelajari dan menyelidiki logika Yunani secara khusus dan studi ini dilakukan lebih mendalam oleh Al-Farabi.
Selanjutnya logika mengalami masa dekadensi yang panjang. Logika menjadi sangat dangkal dan sederhana sekali. Pada masa itu digunakan buku-buku logika seperti Isagoge dari Porphirius, Fonts Scientie dari John Damascenus, buku-buku komentar logika dari Bothius, dan sistematika logika dari Thomas Aquinas. Semua berangkat dan mengembangkan logika Aristoteles.
Pada abad XIII sampai dengan abad XV muncul Petrus Hispanus, Roger Bacon, Raymundus Lullus, Wilhelm Ocham menyusun logika yang sangat berbeda dengan logika Aristoteles yang kemudian kita kenal sebagai logika modern. Raymundus Lullus mengembangkan metoda Ars Magna, semacam aljabar pengertian dengan maksud membuktikan kebenaran – kebenaran tertinggi. Francis Bacon mengembangkan metoda induktif dalam bukunya Novum Organum Scientiarum . W.Leibniz menyusun logika aljabar untuk menyederhanakan pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant menemukan Logika Transendental yaitu logika yang menyelediki bentuk-bentuk pemikiran yang mengatasi batas pengalaman. Selain itu George Boole (yang mengembangkan aljabar Boolean), Bertrand Russel, dan G. Frege tercatat sebagai tokoh-tokoh yang berjasa dalam mengembangkan Logika Modern.
Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan. Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika. Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti:
• Petrus Hispanus 1210 – 1278)
• Roger Bacon 1214-1292
• Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars  Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
• William Ocham (1295 – 1349)
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 – 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concrning Human Understanding. Francis Bacon (1561 – 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum. J.S. Mills (1806 – 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic. Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:
• Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna  dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian.
• George Boole (1815-1864)
• John Venn (1834-1923)
• Gottlob Frege (1848 – 1925)
Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filusuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di John Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce’s Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs). Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 – 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 – 1970)
C.  Macam – Macam Logika
Setelah mempelajari tentang filsafat ilmu lebih mendalam lagi, ternyata didalamnya terdapat banyak sekali materi yang disajikan. Yang salah satunya adalah tentang logika, dan logika sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Logika Alamiah
Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari luar, yakni keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Yang mana logika alamiah manusia ini ada sejak manusia dilahirkan. Dan dapat disimpulkan pula bahwa logika alamiah ini sifatnya masih murni.
2.  Logika Ilmiah
Lain halnya dengan logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Dengan adanya pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah ini juga dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau setidaknya dapat dikurangi. Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk memperhalus dan mempertajam pikiran dan akal budi. logika ilmiah ini terjadi melalui percobaan-percobaan, sehingga percobaan itu melahirkan suatu ilmu dan pengetahuan yang baru contohnya seseorang memikirkan kendaraan yang bisa berjalan di atas air maka terciptalah kapal laut yang bisa menyebrang dan mengangkut muatan banyak baik manusia, hewan dan lain-lain. ini sebagaimana tergambar dalam surat Yunus ayat 22 yang mana allah telah memberikan gambaran bagaimana kapal yang berjalan diatas permukaan air yang artinya ;
22. Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (mereka berkata): “Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan Kami dari bahaya ini, pastilah Kami akan Termasuk orang-orang yang bersyukur”.
D. Logika Sebagai Cabang Filsafat
Filsafat adalah kegiatan / hasil pemikiran /permenungan yang menyelidiki sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pasa makna dibalik kenyataan atau teori yang ada untuk disusun dalam sebuah system pengetahuan rasional. Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.
Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan. Menurut Louis O. Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan.
Logika bisa menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti : Adakah metode yang dapat digunakan untuk meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang dimaksud pendapat yang benar? Apa yang membedakan antara alasan yang benar dengan alasan yang salah? Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul dari persoalan tentang penyimpulan.
E. Logika sebagai Esensi dari Filsafat
Permasalahan yang selama ini dihadapi oleh pada filusuf menurut Russell adalah karena para filusuf terkadang terlalu berlebihan dan selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang terbaik. Walaupun keadaan ini tidak mungkin bisa dicapai karena para filusuf yang ada selama ini kurang tepat melihat permasalahan filsafat dan metode-metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan filsafat.
Menurut Russell permasalahan-permasalahan filsafat dan metode-metode filsafat selama ini tidak mudah untuk dipahami atau dirumuskan oleh sekolah-sekolah yang ada, banyak permasalahan-permasalahan tradisionalyang belum dapat dipecahkan oleh pengetahuan yang sekarang ada. Bahkan ada beberapa permasalahan yang sudah mulai di tinggalkan namun sebenarnya masih bisa dipecahkan melalui metode-metode yang tepat dengan tingkat pengetahuan yang lebih maju.
Dalam merumuskan permasalahan ini, Russell menoba membaginya ke dalam 3 tipe besar yaitu tipe pertama disebut sebagai tipe tradisional klasik yang diwakili oleh pemikiran Kant dan Hegel, periode ini menekankan pada kecenderungan untuk mengadopsi pemecahan permasalahan yang terjadi sekarang dengan metode-metode dan hasil-hasil yang telah dicapai pada masa Plato dan lainnya. Tipe kedua adalah Evolusionisme, yang dimulai dari pemikiran Darwin hingga Herbert Spencer. Namun pada perkembangan selanjutnya didominasi oleh pemikiran William James dan M Bergson. Dan Tipe Ketiga adalah yang disebut Logika Atomisme, yang melihat filsafat melalui metode kritis matematika.
Pada tipe Tradisional Klasik perhatian utamanya adalah para filusuf Yunani yang menekankan pada rasio sebagai perhatian utamanya. Metode deduksi apriori digunakan dalam tipe ini untuk mengkaji fenomena yang ada. semua realita adalah suatu kesatuan dan tidak ada perubahan. Sense yang ada dalam dunia merupakan ilusi. Keganjilan dari hasil yang diperoleh oleh para filusuf tidak membuat mereka merasa cemas karena bagi mereka rasio merupakan satu-satunya keabsahan yang sahih.
Ketika para filusuf yang mereka jadikan acuan meninggal, maka ajaran mereka terus dipertahankan dengan menggunakan kekuasaan, tradisi, kekuatan hukum dan juga kekuatan yang selama ini masih ada yaitu otoritas agama.
Di Inggris, rasio apriori ini digunakan untuk mengungkapkan rahasia tentang dunia dan dapat membuktikan kenyataan seperti apa yang di tampakkan. Logika dalam tipe Tradisional Klasik ini di konstruksikan melalui proses negasi. Logika dibuat untuk mengutuk mereka semua untuk menerima fenomena dan fenomena diungkapkan untuk sadar akan dunianya. Dunia dibentuk oleh logika dengan sedikit peran dari pengalaman.
Dunia, menurut tipe ini, merupakan ”organic unity”, dimana bagian-bagiannya yang berbeda bergabung menjadi satu dan bekerja sama karena mereka sadar bahwa mereka berada dalam satu tempat yang sama sebagai satu kesatuan. Intinya tipe ini merupakan penggabungan antara pemikiran Yunani yang menekankan pada rasio dan abad pertengahan yang menkankan pada kesempurnaan alam semesta.
Pada tipe Evolusionisme, percaya pada dirinya yang mendasarkan pada ilmu pengetahuan, Sebuah pembebasan dari harapan-harapan, memberikan inspirasi dalam menghidupkan kembali kekuatan manusia. Evolusionisme ini bukan ilmu pengetahuan yang sesungguhnya, dan juga bukan metode untuk memecahkan masalah. Filsafat ilmiah yang sesungguhnya adalah suatu yang lebih kuat sekaligus lebih longgar, menguak harapan-harapan tentang keduaniaan dan membutuhkan beberapa disiplin supaya berhasil dalam mempraktekkannya.
Logika, matematika, fisika hilang dalam tipe ini disebabkan karena mereka terlalu statis. Apa yang nyata adalah sesuatu yang mendesak dan bergerak menuju pada satu tujuan. Terdapat 2 kritik terhadap hal ini, diantaranya, pertama, kebenaran tidak mengikuti apa yang telah dihasilkan ilmu pengetahuan yang selalu memperhatikan fakta yang mengalami evolusi. Kedua, motif dan kepentingan di inspirasikan oleh praktek-praktek eklusif.
Hal yang paling penting dalam tipe Evolusionisme adalah pertanyaan tentang tujuan manusia atau setidaknya tentang tujuan hidup manusia. Evolusionisme lebih tertarik pada moralitas dan kebahagiaan dari pada pemngetahuan semata.
Pada awalnya Russell sudah mulai menampakkan penyerangan pada idealismedengan memihak pada akal sehat (common sense) dan Ia lebih menekankan pada analisis logis. Namun setelah buku ini dikeluarkan maka Russell sudah mulai beralih dari common sense ke pada ilmu pengetahuan, maksudnya adalah dalam berfilsafat atau dalam memecahkan permasalahan filsafat harus mengacu pada ilmu pengetahuan yang ketat dan kritis.
Tipe Logika Atomisme ini mempunyai tujuan untuk mengupas habis struktur hakiki bahasa dan dunia. Tujuan ini dicapai melalui jalan analisis. Menurut Russell filsafat bertugas menganalisa fakta-fakta. Filsafat harus melukiskan jenis-jenis fakta yang ada. Bagi Russell fakta-fakta tidak dapat bersifat benar dan salah yang mengandung dan bisa dikatakan benar dan salah adalah proposisi-proposisi yang mengungkapkan fakta-fakta. Atau dengan kata lainproposisi-proposisi merupakan simbol dan tidak merupakan sebagian dunia. Dimana suatu proposisi terdiri dari kata-kata, yang menunjukkan kepada data inderawi (sense-data) dan universalia (universalis), yaitu ciri-ciri atau relasi-relasi.
Ada yang disebut proposisi atomis, dimana proposisi ini sama sekali tidak mengandung unsur-unsur majemuk. Suatu proposisi atomis mengungkapkan suatu fakta atomis. Dengan demikian Russell menyimpulkan bahwa bahasa sepadan dengan dunia. Dengan kata lain melalui bahassa kita dapat menemukan fakta-fakta jenis mana yang ada. Menurur Russell bahasa menggambarkan realitas. Namun bahasa yang Ia maksud adalah bahasa sempurna, yang terlepad dari kedwiartian dan kekaburan, yaitu bahasa logis yang dirumuskan dalam principia mathematica.
Dengan proposisi-proposisi atomis kita dapat membentuk suatu proposisi majemuk, misalnya dengan menggunakan proposisi-proposisi atomis kita dapat membentuk suatu proposisi majemuk, misalnya dengan menggunakan kata ”dan” atau ”atau”. Yang dihasilkan adalah suatu proposisi molekuler (molecular proposition). Tetapi tidak ada fakta molekuler yang hanya menunjuk pada fakta-fakta atomis.
Kebenaran atau ketidak benaran suatu proposisi molekuler tergantung pada kebenaran atau ketidakbenaran proposisi-proposisi atomis yang terdapat di dalamnya. Jadi fakta-fakta yang atomis menentukan benar tidaknya proposisi apa pun juga. Atau perkataan Russell adalah ”molecular proposition are truth-function’s of propositions.
Russell sadar bahwa dalam argumennya ini juga ada beberapa kelemahan yang masih dapat dihindari, hal ini ditunjukkan bahwa bagi Russell masih ada fakta umum. Seperti pernyataan-pernyataan umum yang tidak harus dibentuk oleh proposisi atomis seperti semua orang akan mati, dari proposisi ini pernyataan ini benar karena bukan terdiri dari serangkaian fakta-fakta atomis tetapi proposisi ini benar karena adanya fakta umum yang berlaku benar.
Hal kedua Russell juga mengakui adanya fakta-fakta negatif., karena itulah satu-satunya cara untuk menerangkan kebenaran dan ketidakbenaran proposisi-proposisi negatif. Dan terakhir Russell harus mengakui adanya fakta-fakta khusus yang lebih mengacu pada suatu kepercayaan atau suatu fakta psikis (mental fact)
Kritik-kritik terhadap Teori Atomisme Logis Memang tidak dapat dipungkiri bahwa atomisme logis mengandung suatu metafisika, alasannya adalah teori ini mau menjelaskan struktur hakiki dari bahasa dan dunia, atau dengan kata lain teori ini menjelaskan bagaimana akhirnya halnya dengan realitas seluruhnya. Dunia dapat diasalkan kepada fakta-fakta atomis, jelas sekali merupkana suatu pendapat metafisis. Metafisika yang terdapat dalam teori Russell merupakan suatu pluralisme radikal, sama sekali bertentangan dengan monisme yang menandai idealisme, khususnya idealisme Bradley.Atomisme logis menggunakan suatu kriterium untuk menentukan makna. Suatu proposisi mengandung makna kalau dapat ditunjukkan suatu fakta atomis yang sepadan dengannya atau kalau suatu proposisi majemuk terdiri dari proposisi-proposisi atomis yang masing-masing sepadan dengan suatu fakta atomis. Akan tetapi proposisi yang dinyatakan oleh atomisme logis tidak dapat disamakan dengan kedua jenis proposisi ini.
Tidak ada fakta atomis yang membuat proposisi-proposisi yang membentuk teori proposisi atomisme logis itu menjadi benar atau tidak benar. Akibatnya perlu disimpulkan bahwa proposisi-proposisi atomisme logis sendiri tidak bermakna. Dan Russell sendiri tidak memberikan penyelesaiannya karena Ia telah beralih kepada pembahasan yang lain.
Analisa Kritis Mengenai pendapat Russell tentang tipe Tradisional Klasik memang ada benarnya karena pada tipe ini mereka lebih menekankan pada pemikiran-pemikiran yang sudah lama adanya, dan belum tentu tepat dan dapat menentukan benar atau salah suatu fakta. Dengan kata lain pendekatan filsafat yang sudah usang belum tentu tepat untuk diterapkan pada masa tertentu, terkadang apa yang ditawarkan oleh filusuf-filisuf terdahulu haya dapat berlaku pada jamannya.Memang logika pada saat ini sudah digunakan, karena Aristoteles sudah memulainya, namun logika disini digunakan hanya untuk mengkonstruksi fakta melalui negasi saja. Atau dengan kata lain dunia dibentuk melalui pernyataan saja tanpa memperhatikan pengalaman yang kongkrit. Pada dasarnya pendekatan yang ditawarkan oleh Russell adalah pendekatan logika yang atomis, dimana pendekatan ini lebih mengandalkan pendekatan yang sangat matematis. Disatu sisi pendekatan yang dilihat dari sudut matematis lebih sistematis. Biasanya filsafat dan permasalahannya jika dikaji dengan menggunakan pendekatan yang secara sistematis umumnya lebih sistematis, alur berfikir sangat runtut.
Namun kelemahannya ada beberapa permasalahan filsafat yang tidak dapat didekati dengan pendekatan yang bersifat matematis seperti metafisis, atau mengenai ontologi. Maka kebanyakan para filusuf yang menekankan kajian filsafatnya dengan metode logika, mereka tidak terlalu ambil pusing dengan metefisis atau segala hal yang berbau dengan idealisme. Sesuatu itu harus dapat dipertanggungjawabkan dengan proposisi-proposisi yang tepat dan benar. Sehingga fakta-fakta yang hadir dapat diwakilkan dengan proposisi-proposisi yang benar dan sahih. Sayangnya Russell kurang membahas lebih lanjut berkenaan dengan kekuarngan teorinya.
F. Manfaat logika dalam pengembangan ilmu
Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus ( tepat ). Ilmu pengetahuan mempunyai arti yang luas dan yang sempit. Di dalam bahasa asing dipergunakan istilah-istilah seperti : Science ( bahasa Inggris ), Wissenschaft ( Jerman ), Wetensekap. Kata-kata itu ada persamaannya dengan istilah ilmu pengetahuan tetapi tidak selalu sama.Wissenschaft dan scienza dipakai dalam arti yang luas dan meliputi apa yang di dalam bahasa Jerman disebut Naturwissenschaften ( ilmu pengetahuan alam, untuk pengetahuan fisika ) dan Geisteswissenschaften. Science di Inggris mempunyai arti yang lebih sempit, yaitu apa yang di dalam bahasa Jerman disebut Naturwissenschaften. Kalau kita membaca literatur Inggris, kita harus memperhatikan arti yang lebih sempit yang diberi istilah science. Dikatakan bahwa science harus melalui sifat-sifat yang tertentu. Di dalam science terdapat :? Perbedaan perbedaan secara kritis.? Mempunyai sifat umum dan di dalamnya terdapat suatu sistema? Harus dapat dilakukan perifikasi ( pengontrolan )Di dalam science orang harus bersikap kritis, artinya orang harus mampu menemukan kenyataan fakta-fakta dan mampu membedakan antara fakta yang murni dan apa yang telah diberi corak oleh pandangan atau keinginan yang tertentu, yang orang cenderung untuk memakai pandangannya itu, pandangan yang obyektif
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan tentang pokok yang tertentu. Kumpulan ini merupakan suatu kesatuan yang sistematis serta memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Penjelasan ini terjadi dengan menunjukkan sebab-musababnya.Logika juga merupakan ilmu pengetahuan. Lapangan ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah azas-azas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat dan sehat. Agar dapat berpikir lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang ditepati.Logika Sebagai Proses BerfikirLogika identik dengan masuk akal dan penalaran. Penalaran adalah salah satu bentuk pemikiran. Pemikiran adalah pengetahuan tak langsung yang didasarkan pada pernyataan langsung.pemikiran mungkin benar dan mungkin juga tak benar.Definisi LogikaDefinisi logika sangat sederhana yaitu ilmu yang memberikan prinsip-prinsip yang harus diikuti agar dapat berfikir valid menurut aturan yang berlakuFaedah LogikaPelajaran logika menimbulkan kesadaran untuk menggunakan prinsip-prinsip untuk berfikir secara sistematis.Faedah tersebut antara lain :
·       Logika menyatakan, menjelaskan dan emmpergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat digunakan dalam semua lapangan ilmu pengetahuan
·       Menambah daya berfikir abstrak yang menimbulkan sikap intelektual
·       Mencegah agar tidak tersesat dari segala sesuatu yang kita peroleh berdasarkan authority.
Peranan Logika dalam IPTEK
·         Logika mengantarkan manusia untuk berdaya abstraksiHal ini erat kaitanya dengan alam pikiran manusia. Alam pikiran manusia berkembang menurut dua hal:
·         Perkembangan alam pikiran manusia sejak zaman purbakala hingga saat ini.
·         Perkembanagn alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya
·         Logika mengarahkan manusia berfikir yang konstruktif dan benarManusia diarahkan untuk berfkir secara labih konstruktif dan benar. Hal ini dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan dari premis-premis yang ada atau penarikan kesimpulan secara deduktif dengan mengunakan pola piker yang disebut selogisme atau pola-pola lain.
·         Logika mengantarkan manusia untuk menyelesaikan masalah secara konstruktif dan benarIlmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu, kemudian keingintahuan itu dilaksanakan dengan melakukan pengamatan dan percobaan serta penalaran. Percobaan bertujuan menimbulkan gejala dalam lingkungan yang terkendali. Data yang dikumpulkan selanjutnya akan dianalisa dengan metode ilmiah tertentu untuk memperoleh kesimpulan yang logis, yang dapat diterima dengan akal sehat.
Proses Berfikir KreatifKreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil hasil yang sifatnya :
  • Inovatif : menarik, baru, aneh dan mngejutkan
  • Useful : berguna, lebih enak, lebih praktis, mendatangkan hasil lebih baik/banyak.
  • Understandable : dapat dimengerti, hasil yang yang sama dimengerti dan dapat dibuat dilain waktu
Pentingnya kreativitasMenurut Utami Munandar (1985) pentingnya kreativitas adalah :
  • Karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya dan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia.
  • Dapat memberikan kepuasan kepada individu
  • Bukan tidak mungkin kreativitas bisa meningkatkan kualitas hidup. Karena sudah terbukti bahwa berkat sumbangan ide-ide
  • Kreatif sangat mempengaruhi kejayaan dan kesejahteraan masyarakat dan negara.
Tahapan proses kreatifMenurut Wallas, ada empat tahapan proses kreatif yaitu :

  • Persiapan, meletakkan dasar, mempelajari latar belakang perkara, seluk beluk dan problematikanya, mencoba memikirkan berbagai kemungkinan pemecahan terhadap masalah yang dihadapinya
  • Inkubasi, proses pemecahan masalah dierami dalam alam prasada, individu seakan-akan melupakannya, ini dapat berlangsung berhari-hari atau beberapa jam sampai timbul inspirasi atau gagasan untuk memecahkan masalah
  • Iluminasi, gagasan muncul untuk memecahkan masalah "Eureka". Biasanya ditandai dengan ucapan "Now I see it", "o iya", atau "AHA"
  • Verifikasi, gagasan yang muncul tersebut dievaluasi secara kritis dan dihadapkan secara realitas. Diuji untuk dipertanggungjawabkan
Pemahaman kreativitas perlu dilengkapi dengan pembahasan terhadap orangnya yaitu apa ciri-ciri orang kreatif itu. Ciri kognitif orang yang kratif adalah ;
  • Kelancaran atau kelincahan mental, yakni kemampuan untuk berfikir dari satu ide ke segala arah (divergen) mencari jawaban yang berbeda, yang mungkin dan kemampuan untuk berfikir dari segala arah (konvergen)
  • Fleksibilitas konseptual, kemampuan untuk secara spontan mengganti cara memandang atau pendekatan kerja yang tidak jalan, luwes, sesuai dengan tuntutan dan kemungkinan yan ada
  • Orisinalitas, kemamuan untuk menelorkan ide, gagasan, yang bahkan mengejutkan
  • Elaborasi, yakni lebih menyukai komplekitas daripada simplisitas, karena lebih menyukai tantangan
Pengambilan Keputusan dan Pemecahan MasalahTahapan-tahapan yang pernah dialami manusia dalam pemecahan masalah
  • Kebetulan. Pemecahan masalah didapat melaui proses ketidaksengajaan
  • Trial and Error, menggunakan metode yang berbeda sampai mendapat pemecahannya.
  • Spekulasi, hampir sama dengan trial and error hanya saja spekulasi lebih sistematis.
  • Berdasar Pengalaman, pengalaman yang telah dimiliki dijadikan sebagai tolak ukur analogi untuk memprediksi peristiwa yang akan dating.
  • Penyelidikan Ilmiah, dugaan yang bersumber pada data
·         Elemen-elemen pengambilan keputusan :
  • Model, adalah penggambaran dari suatu masalah secara kwantitatif
  • Kriteria, tujuan yang hendak dicapai dari pengambilan keputusan
  • Pembatas, factor tambahan yang harus diperhatikan dalam memecahkan suatu masalah
  • Optimasi, jalan pemecahan yang terbaik
·         Cara penemuan kebenaran
G. Cara Penemuan Kebenaran
a.         Kriteria  Kebenaran/ Teori-Teori Kebenaran
Ada 3 teori yang mengungkapkan kriteria kebenaran :
1)   Teori Korespondensi (Teori Persesuaian/Obyektivisme)
Kebenaran merupakan persesuaian antara fakta dan situasi nyata. Kebenaran merupakan persesuaian antara pernyataan dalam pikiran dengan situasi lingkungannya.
Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepada realita obyektif (fidelity to objective reality).  Kebenaran Korespondensi adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan (judgement) dan situasi, karena kebenaran mempunyai keterkaitan erat antara kenyataan dan pernyataan yang diungkapkan. Ujian kebenaran dengan teori korespondensi adalah yang paling diterima secara luas oleh kelompok realis.  Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Dengan ini Aristoteles sudah meletakkan dasar bagi teori kebenaran sebagai persesuaian bahwa kebenaran adalah persesuaian antara apa yang dikatakan dengan kenyataan. Menurut teori ini, kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya.
2) Teori Koherensi/Kebenaran Konsistensi (Teori Keteguhan)
Sesuatu dikatakan benar jika yang menjadi dasar kebenaran adanya konsistensi dengan hukum-hukum berfikir formal tertentu.  Teori ini merupakan menyatakan bahwa pernyataan dan kesimpulan yang ditarik harus konsinten dengan pernyataan dan kesimpulan terdahulu yang dianggap benar. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori koherensi suatu pernyatan dianggap benar bila pernyataan tersebut bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Artinya pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten denganpertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren menurut logika. Contohnya Matematika, adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren.
Kelompok idealis, seperti Plato juga filsuf-filsuf modern seperti Hegel, Bradley dan Royce memperluas prinsip koherensi sehingga meliputi dunia, dengan begitu maka tiap-tiap pertimbangan yang benar dan tiap-tiap sistem kebenaran yang parsial bersifat terus menerus dengan keseluruhan realitas dan memperolah arti dari keseluruhan tersebut.  Meskipun demikian perlu lebih dinyatakan dengan referensi kepada konsistensi faktual, yakni persetujuan antara suatu perkembangan dan suatu situasi lingkungan tertentu.
3) Teori Pragmatik (Teori konsekuensi kegunaan)
            Teori pragmatik dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul “How to Make Ideals Clear”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalah berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan filsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat ini di antaranya adalah William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952), George Hobart Mead (1863-1931) dan C.I. Lewis.
Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Menurut teori pragmatis, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan. Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia.
Kaum pragmatis berpaling kepada metode ilmiah sebagai metode untuk mencari pengetahuan tentang alam ini yang dianggapnya fungisional dan berguna dalam menafsirkan gejala-gejala alamiah.  Kriteria pragmatisme ini juga dipergunakan oleh ilmuwan dalam menentukan kebenaran dilihat dari perspektif waktu.
Bagi para kaum pragmatis, batu ujian kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability).  Teori ini tidak mengakui adanya kebenaran yang tetap atau mutlak kebenarannya tergantung pada manfaat dan akibatnya. Akibat/ hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah :
o   Sesuai dengan keinginan dan tujuan
o   Sesuai dengan teruji dengan suatu eksperimen
o   Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada).
b. Cara Penemuan Kebenaran
Untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang benar ada 2 cara yang dapat ditempuh, yaitu dengan cara Non-Ilmiah dan cara Ilmiah.
  1. Dengan Cara Non-Ilmiah
• Akal Sehat (common sence)
Adalah serangkaian konsep dan bagan yang memuaskan untuk penggunan praktis bagi kemanusiaan. Konsep adalah pernyataan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal khusus. Sedangkan bagan konsep adalah seperangkat konsep yang dirangkaikan dengan dalil-dalil hipotesis dan teori.
• Prasangka
Penemuan pengetahuan yang dilakukan melalui akal sehat dan kebanyakan diwarnai oleh kepentingan orang yang melakukannya. Hal ini menyebabkan akal sehat mudah berubah menjadi prasangka. Dengan akal sehat orang cenderung ke arah perbuatan generalisasi yang terlalu dipaksakan, generalisasi dari hubungan sebab akibat, sehingga hal tersebut menjadi prasangka.
• Pendekatan Intuitif
Dalam pendekatan ini orang memberikan pendapat tentang suatu hal yang berdasarkan atas “pengetahuan” yang langsung atau didapat dengan cepat melalui proses yang tidak disadari atau tidak dipikirkan terlebih dahulu. Dengan intuitif orang memberi penilaian tanpa didahului oleh suatu renungan.
• Kebetulan atau Coba-Coba
Penemuan secara kebetulan dan coba-coba, banyak diantaranya yang sangat berguna. Penemuan ini diperoleh tanpa rencana, dan tidak pasti.  Penemuan kebenaran secara kebetulan atau melalui coba-coba didasarkan atas pikiran logis semata.  Misalnya, seorang anak yang terkunci dalam kamar, dalam kebingungannya ia mencoba keluar lewat jendela dan berhasil.
·  Pendapat otoritas ilmiah dan pikiran ilmiah
Otoritas ilmiah biasanya dapat diperoleh seseorang yang telah menempuh pendidikan formal tertinggi, misalnya Doktor atau seseorang dengan pengalaman profesional atau kerja ilmiah dalam suatu bidang yang cukup banyak (profesor). Pendapat mereka seringkali diterima sebagai sebuah kebenaran tanpa diuji, karena apa yang mereka telah dipandang benar. Padahal, pendapat otoritas ilmiah tidak selamanya benar, bila pendapat tersebut tidak disandarkan pada hasil penelitian, namun hanya disandarkan pada pikiran logis semata.
  1. Dengan Cara Ilmiah
Penemuan kebenaran dengan cara ilmiah adalah berupa kegiatan penelitian ilmiah dan dibangun atas teori-teori tertentu.  Kita dapat pahami bahwa teori-teori tersebut berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang dilakukan secara sistematis dan terkontrol berdasarkan data-data empiris yang ditemukan di lapangan. 
Teori yang ditemukan harus dapat diuji keajekan dan kejituan internalnya. Artinya, jika penelitian ulang dilakukan dengan langkah-langkah serupa pada kondisi yang sama maka akan diperoleh hasil yang sama atau hampir sama.
Untuk sampai pada kebenaran ilmiah ini, maka harus melewati 3 tahapan berpikir ilmiah yang harus dilewati, yaitu:
·         Skeptik
Cara berfikir ilmiah pertama ini ditandai oleh cara orang di dalam menerima kebenaran informasi atau pengetahuan tidak langsung di terima begitu saja, namun dia berusaha untuk menanyakan fakta atau bukti terhadap tiap pernyataan yang diterimanya.
·         Analitik
Cara ini ditandai oleh cara orang dalam melakukan setiap kegiatan, ia selalu berusaha menimbang-nimbang setiap permasalahan yang dihadapinya, mana yang relevan dan mana yang menjadi masalah utama dan sebagainya.  Dengan cara ini maka jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi akan dapat diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan.
·          Kritis
Cara berfikir ilmiah ketiga adalah ditandai dengan orang yang selalu berupaya mengembangkan kemampuan menimbang setiap permasalahan yang dihadapinya secara objektif.  Hal ini dilakukan agar semua data dan pola berpikir yang diterapkan selalu logis.
H. Kebenaran Ilmiah Dan Non Ilmiah
 Mencari hakekat kebenaran mungkin sering kita ucapkan, tapi susah dilaksanakan. Yang pasti bahwa ”benar” itu pasti “tidak salah”. Banyak para ahli yang memaparkan ide tentang sudut pandang kebenaran termasuk bagaimana membuktikannya. Masalah hakekat kebenaran ini bisa diulas dari tiga sudut pandang yaitu
1)   Kebenaran Ilmiah
Yaitu kebenaran yang diperoleh secara mendalam berdasarkan proses penelitian dan penalaran logika ilmiah. Diantaranya :
·           Kebenaran Pragmatis
Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila memiliki kegunaan/manfaat praktis dan bersifat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, Yadi mau bekerja di sebuah perusahaan minyak karena diberi gaji tinggi. Yadi bersifat pragmatis, artinya mau bekerja di perusahaan tersebut karena ada manfaatnya bagi dirinya, yaitu mendapatkan gaji tinggi.
·   Kebenaran Koresponden:
Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila materi pengetahuan yang terkandung didalamnya berhubungan atau memiliki korespondensi dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Teori koresponden menggunakan logika induktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Dengan kata lain kesimpulan akhir ditarik karena ada fakta-fakta mendukung yang telah diteliti dan dianalisa sebelumnya. Contohnya, Jurusan teknik elektro, teknik mesin, dan teknik sipil Unesa ada di Ketintang.  Jadi Fakultas Teknik Unesa ada di Ketintang.
·  Kebenaran Koheren:
Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila konsisten dan memiliki koherensi dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori koheren menggunakan logika deduktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal umum ke khusus. Contohnya, seluruh mahasiswa Unesa harus mengikuti kegiatan Ospek. Luri adalah mahasiswa Unesa, jadi Luri harus mengikuti kegiatan Ospek.
2) Kebenaran Non-Ilmiah
Berbeda dengan kebenaran ilmiah yang diperoleh berdasarkan penalaran logika ilmiah, ada juga kebenaran karena faktor-faktor non-ilmiah. Beberapa diantaranya adalah:
·      Kebenaran Karena Kebetulan:
Kebenaran yang didapat dari kebetulan dan tidak ditemukan secara ilmiah. Tidak dapat diandalkan karena kadang kita sering tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa dibuktikan.
·          Kebenaran karena Akal Sehat (Common Sense):
Akal sehat adalah serangkaian konsep yang dipercayai dapat memecahkan masalah secara praktis. 
·         Kebenaran Agama dan Wahyu:
Kebenaran mutlak dan asasi dari Allah dan Rasulnya. Beberapa hal masih bisa dinalar dengan panca indra manusia, tapi sebagian hal lain tidak.

·          Kebenaran Intuitif: 
Kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berpikir. Kebenaran intuitif sukar dipercaya dan tidak bisa dibuktikan, hanya sering dimiliki oleh orang yang berpengalaman lama dan mendarah daging di suatu bidang.
·         Kebenaran Karena Trial dan Error:
Kebenaran yang diperoleh karena mengulang-ulang pekerjaan, baik metode, teknik, materi dan paramater-parameter sampai akhirnya menemukan sesuatu. Tetapi memerlukan waktu lama dan biaya tinggi.
·          Kebenaran Spekulasi: 
Kebenaran karena adanya pertimbangan meskipun kurang dipikirkan secara matang. Dikerjakan dengan penuh resiko, relatif lebih cepat dan biaya lebih rendah daripada trial-error.
·          Kebenaran Karena Kewibawaan:
Kebenaran yang diterima karena pengaruh kewibawaan seseorang. Seorang tersebut bisa ilmuwan, pakar atau ahli yang memiliki kompetensi dan otoritas dalam suatu bidang ilmu. Kadang kebenaran yang keluar darinya diterima begitu saja tanpa perlu diuji. Kebenaranini bisa benar tapi juga bisa salah karena tanpa prosedur ilmiah















BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan

            Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa logika berasal dari bahasa latin yaitu dari kata logos berarti perkataan atau sabda. Secara umum logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah. Logika ini dimulai dari tahun 624 SM sampai 548 SM oleh Thales yang disebut sebagai Bapak Filsafat kemudian dikembangkan kembali oleh Aristoteles dengan mengenalkan logika sebagai ilmu. Logika terbagi menjadi dua macam yaitu : logika alamiah dan logika ilmiah. Dalam perkembangannya logika juga disebut sebagai cabang filsafat. Logika sangat berguna bagi kehidupan manusia untuk berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur demi mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan.
Mengenai pendapat Russell tentang tipe Tradisional Klasik memang ada benarnya karena pada tipe ini mereka lebih menekankan pada pemikiran-pemikiran yang sudah lama adanya, dan belum tentu tepat dan dapat menentukan benar atau salah suatu fakta. Dengan kata lain pendekatan filsafat yang sudah usang belum tentu tepat untuk diterapkan pada masa tertentu, terkadang apa yang ditawarkan oleh filusuf-filisuf terdahulu haya dapat berlaku pada jamannya.
Memang logika pada saat ini sudah digunakan, karena Aristoteles sudah memulainya, namun logika disini digunakan hanya untuk mengkonstruksi fakta melalui negasi saja. Atau dengan kata lain dunia dibentuk melalui pernyataan saja tanpa memperhatikan pengalaman yang kongkrit.Pada dasarnya pendekatan yang ditawarkan oleh Russell adalah pendekatan logika yang atomis, dimana pendekatan ini lebih mengandalkan pendekatan yang sangat matematis. Disatu sisi pendekatan yang dilihat dari sudut matematis lebih sistematis. Biasanya filsafat dan permasalahannya jika dikaji dengan menggunakan pendekatan yang secara sistematis umumnya lebih sistematis, alur berfikir sangat runtut.
Namun kelemahannya ada beberapa permasalahan filsafat yang tidak dapat didekati dengan pendekatan yang bersifat matematis seperti metafisis, atau mengenai ontologi. Maka kebanyakan para filusuf yang menekankan kajian filsafatnya dengan metode logika, mereka tidak terlalu ambil pusing dengan metefisis atau segala hal yang berbau dengan idealisme. Sesuatu itu harus dapat dipertanggungjawabkan dengan proposisi-proposisi yang tepat dan benar. Sehingga fakta-fakta yang hadir dapat diwakilkan dengan proposisi-proposisi yang benar dan sahih. Sayangnya Russell kurang membahas lebih lanjut berkenaan dengan kekurangan teorinya.
 Kebenaran adalah sesuatu yang dijadikan sebagai nilai dan pandangan hidup dan terjadinya persesuaian antara fikiran dan kenyataan yang menimbulkan ketidakraguan. Ketidakraguan itu muncul dikarenakan apa yang menjadi harapan dan kenyataan melalui proses intepretasi, penafsiran dan olah fikir selalu sejalan dan tidak bertentangan dengan apa yang ada di dalam akal dan wahyu.  
Oleh karena teori-teori kebenaran (koresponden, koherensi, dan pragmatisme) itu lebih bersifat saling menyempurnakan daripada saling bertentangan, maka teori tersebut dapat digabungkan dalam suatu definisi tentang kebenaran.  Dari beberapa Teori Tentang Kebenaran dapat disimpulkan :
Teori Korespondensi : "Kebenaran/keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh sebuah pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya/faktanya".
Teori Konsistensi : "Kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta dan realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri ".
Teori Pragmatis : "Teori pragmatis meninggalkan semua fakta, realitas maupun putusan/hukum yang telah ada. Satu-satunya yang dijadikan acuan bagi kaum pragmatis ini untuk menyebut sesuatu sebagai kebenaran ialah jika sesuatu itu bermanfaat atau memuaskan".
Untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang benar ada 2 cara yang dapat ditempuh, yaitu dengan cara Non-Ilmiah dan cara Ilmiah.
Cara Non-Ilmiah :
      Akal Sehat (common sence)
      Prasangka
      Pendekatan Intuitif
      Kebetulan atau Coba-Coba
      Pendapat otoritas ilmiah dan pikiran ilmiah
Cara Ilmiah :
                            Skeptik
                            Analitik
                            Kritis


DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2004. “Filsafat Ilmu”. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Bakry, Hasbullah.1992. Sistematik Filsafat. Cet. IX; Jakarta: Penerbit Wijaya
Gie, The Liang. 2007. Pengantar Filsafat Ilmu. Liberty, Yogyakarta
Mustofa.A. 2007 Fislasar islam. Bandung : pustaka setia
Mundiri, H. 2008. Logika. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Poespoprodjo, W. 1999 Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu. Cet. I; Bandung: Pustaka Grafika,
Abbas, Hamami. Kebenaran Ilmiah dalam: Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta : Intan Pariwara, 1997. Hal 87
Daldjoeni, N, Ilmu dalam Prespektif , Jakarta : Gramedia, cet. 6, 1985. Hal 235
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat II, Yogyakarta : Kanisius, 1980
Inu Kencana, Syafi’i. Filsafat kehidupan (Prakata ), Jakarta : Bumi Aksara, 1995.
Lorens, Bagus, Kamus Filsafat ,  Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,2002. Hal 93.
M. Rasyidi, Persoalan-Persoalan Filsafat , Jakarta : Bulan Bintang, 1987.
Poedjawijatna, Pengantar Ke I Imu dan Filsafat , Jakarta :  Bina Aksara, 1987. Hal 16.
Pranarka, Epistemologi Dasar : Suatu Pengantar . Jakarta : CSIS, 1987.
Sahidah, Ahmad.  Kebenaran dan Metode, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,1975.
Sonny Keraf, Ilmu Pengetahuan : Sebuah Tinjauan Filosofis , Yogyakarta : Kanisius, 2001. Hal 66.
Sumiasumantri,Jujun S.  Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer , Jakarata : Pustaka Sinar harapan, 1990.
Taryadi.  Epistemologi Pemecahan Masalah, Yogyakarta, Kanisius, 1989.
Wibisono, Kunto.  Aktualitas Filsafat Ilmu, Yogyakarta : Gadjah Mada Press, 1984.
http://developmentcountry.blogspot.com/2009/10/teori-kebenaran-ilmiah.html


1 komentar:

  1. If you're trying to burn fat then you need to start using this brand new custom keto plan.

    To produce this service, licenced nutritionists, fitness trainers, and chefs have united to produce keto meal plans that are productive, convenient, cost-efficient, and delicious.

    Since their first launch in early 2019, 100's of individuals have already transformed their figure and health with the benefits a great keto plan can offer.

    Speaking of benefits: in this link, you'll discover eight scientifically-confirmed ones given by the keto plan.

    BalasHapus