BAB I
PENDAHULIAN
1.1 Latar Belakang
Manusia selalu
berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk
memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan
melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh
manusiamembuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional,
kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu
pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta,
kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul.
Setiap
tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat
kebenaran yang berbeda. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan
rasional dan intuitif, sedangkan tingkat yang lebih rendah yaitu yang menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada
umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri.
Kebenaran
dapat dikelompokkan dalam tiga makna: kebenaran moral, kebenaran
logis, dan kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi
bahasa, etika, ia menunjukkan hubungan antara yang kita nyatakan
dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran logis menjadi bahasan epistemologi,
logika, dan psikologi, ia merupakan hubungan antara pernyataandengan
realitas objektif. Kebenaran metafisik berkaitan dengan yang-ada
sejauh berhadapan dengan akal budi, karena yang ada mengungkapkan
diri kepada akal budi. Yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan
akal budi yang menyatakannya.
Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar
ungkapan seperti : alasannya tidak logis, argumentasinya logis, kabar itu tidak
logis. Yang dimaksud dengan logis adalah masuk akal dan tidak logis adalah
sebaliknya. Ilmu kita pelajari karena manfaat yang hendak kita ambil, lalu
apakah manfaat yang didapat dengan mempelajari logika? Bahwa keseluruhan
informasi keilmuan merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena itu
science tidak mungkin melepaskan kepentingannya terhadap logika.
Sebagai suatu ilmu yang mempelajari metode dan
hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran
yang salah, logika lahir dari pemikir-pemikir Yunani yaitu Aristoteles,
Theoprostus dan Kaum Stoa. Dalam perkembangannya, logika telah menarik minat
dan dipelajari secara luas oleh para filosof. Logika juga menarik minat
filosof-filosof muslim sehingga menjadi pembahasan yang menarik dalam masalah
agama.
Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua
ragamnya, tetapi pemikiran dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Logika
menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar
serta bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan
keinginan perorangan. Logika merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan
patokan-patokan yang harus ditaati agar manusia dapat berpikir benar, efisien
dan teratur.
Banyak permasalah dihadapan kita yang dapat kita cari
solusinya dengan cara menggunakan logika. Tetapi tidak semua masalah dapat kita
selesaikan dengan menggunakan logika. Apaka sah jika semua permasalahan dalam
hidup ini kita selesaikan dengan menggunakan logika? Dengan demikian kami
mengangkat logika sebagai bahan bahasan dalam makalah ini. Dengan harapan mampu
menjadi bahan bacaan yang menarik dan mengandung daya positif.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Bagaimana Pengertian Logika Dalam
Kehidupan Sehari-hari?
b.
Bagaimana Sejarah Logika?
c. Apa saja Macam – Macam Logika?
d. Bagaimana Logika Sebagai Cabang Filsafat?
e. Bagaimana Logika sebagai Esensi dari
Filsafat?
f. Apa Manfaat logika dalam
pengembangan ilmu?
g. Bagaimana Cara Penemuan Kebenaran?
h. Bagaimana Kebenaran
Ilmiah Dan Non Ilmiah?
1.3 Tujuan
a.
Mengetahui Bagaimana Pengertian Logika
Dalam Kehidupan Sehari-hari?
b.
Mengetahui Bagaimana Sejarah Logika?
c. Mengetahui Apa saja Macam – Macam Logika?
d. Mengetahui Bagaimana Logika Sebagai Cabang Filsafat?
e. Mengetahui Bagaimana Logika sebagai Esensi dari
Filsafat?
f. Mengetahui Apa
Manfaat logika dalam pengembangan ilmu?
g. Mengetahui Bagaimana Cara Penemuan Kebenaran?
h. Mengetahui Bagaimana Kebenaran
Ilmiah Dan Non Ilmiah?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Logika Dalam Kehidupan Sehari-hari
Logika berasal
dari kata Yunani Kuno yaitu (Logos) yang artinya hasil pertimbangan akal
pikiran yana diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat,
logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir lurus. Sebagai ilmu,
logika disebut sebagai logika Epiteme (Latin: logika scientia) yaitu logika
adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu
pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan teratur
Ilmu disini mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan
mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam
tindakan.
Kata logis yang
dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Oleh karena itu
logika terkait erat dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan,
silogisme. Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah
berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah
berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah
proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan
kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti
akan diturunkan kesimpulan.
Logika juga
merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam
praktek, hal ini yang menyebabkan logika disebut dengan filsafat yang praktis.
Dalam proses pemikiran, terjadi pertimbamgan, menguraikan, membandingkan dan
menghubungkan pengertian yang satu dengan yang lain. Penyelidikan logika tidak
dilakukan dengan sembarang berpikir. Logika berpikir dipandang dari sudut
kelurusan atau ketepatannya. Suatu pemikiran logika akan disebut lurus apabila
pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum serta aturan yang sudah ditetapkan
dalam logika. Dari semua hal yang telah dijelaskan tersebut dapat menunjukkan
bahwa logika merupakan suatu pedoman atau pegangan untuk berpikir.
B. Sejarah Logika
Logika dimulai
sejak Thales (624 SM – 548 SM), filusuf Yunani pertama yang meninggalkan segala
dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal
budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air adalah
arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu
Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles
kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica
scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air
adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai
dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan
memberikan saran-saran dalam bidang ini.
Pada masa
Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti
berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika
yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang
masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Pada 370 SM – 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin
Lyceum, melanjutkan pengembangn logika. Istilah logika untuk pertama kalinya
dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM – 226 SM pelopor Kaum Stoa.
Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M – 201 M) dan Sextus
Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan
menerapkan metode geometri.
Kaum Sofis,
Socrates, dan Plato tercatat sebagai tokoh-tokoh yang ikut merintis lahirnya
logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan Kaum
Stoa. Logika dikembangkan secara progresif oleh bangsa Arab dan kaum muslimin
pada abad II Hijriyah. Logika menjadi bagian yang menarik perhatian dalam
perkembangan kebudayaan Islam. Namun juga mendapat reaksi yang berbeda-beda,
sebagai contoh Ibnu Salah dan Imam Nawawi menghukumi haram mempelajari logika,
Al-Ghazali menganjurkan dan menganggap baik, sedangkan Jumhur Ulama membolehkan
bagi orang-orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya. Filosof Al-Kindi
mempelajari dan menyelidiki logika Yunani secara khusus dan studi ini dilakukan
lebih mendalam oleh Al-Farabi.
Selanjutnya
logika mengalami masa dekadensi yang panjang. Logika menjadi sangat dangkal dan
sederhana sekali. Pada masa itu digunakan buku-buku logika seperti Isagoge dari
Porphirius, Fonts Scientie dari John Damascenus, buku-buku komentar logika dari
Bothius, dan sistematika logika dari Thomas Aquinas. Semua berangkat dan
mengembangkan logika Aristoteles.
Pada abad XIII
sampai dengan abad XV muncul Petrus Hispanus, Roger Bacon, Raymundus Lullus,
Wilhelm Ocham menyusun logika yang sangat berbeda dengan logika Aristoteles
yang kemudian kita kenal sebagai logika modern. Raymundus Lullus mengembangkan
metoda Ars Magna, semacam aljabar pengertian dengan maksud membuktikan
kebenaran – kebenaran tertinggi. Francis Bacon mengembangkan metoda induktif
dalam bukunya Novum Organum Scientiarum . W.Leibniz menyusun logika aljabar
untuk menyederhanakan pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant
menemukan Logika Transendental yaitu logika yang menyelediki bentuk-bentuk
pemikiran yang mengatasi batas pengalaman. Selain itu George Boole (yang
mengembangkan aljabar Boolean), Bertrand Russel, dan G. Frege tercatat sebagai
tokoh-tokoh yang berjasa dalam mengembangkan Logika Modern.
Pada abad 9
hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh
Porphyus dan karya Boethius masih digunakan. Thomas Aquinas 1224-1274 dan
kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika. Lahirlah logika modern
dengan tokoh-tokoh seperti:
• Petrus Hispanus 1210 – 1278)
• Roger Bacon 1214-1292
• Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
• William Ocham (1295 – 1349)
• Roger Bacon 1214-1292
• Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
• William Ocham (1295 – 1349)
Pengembangan dan
penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588
– 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay
Concrning Human Understanding. Francis Bacon (1561 – 1626) mengembangkan logika
induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum. J.S. Mills
(1806 – 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya
System of Logic. Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika
simbolik seperti:
• Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun
logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika
ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam
kepastian.
• George Boole (1815-1864)
• John Venn (1834-1923)
• Gottlob Frege (1848 – 1925)
• George Boole (1815-1864)
• John Venn (1834-1923)
• Gottlob Frege (1848 – 1925)
Lalu Chares
Sanders Peirce (1839-1914), seorang filusuf Amerika Serikat yang pernah
mengajar di John Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan
karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce’s Law) yang
menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs).
Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia
Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead
(1861 – 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 – 1970)
C. Macam – Macam Logika
Setelah mempelajari tentang filsafat ilmu lebih
mendalam lagi, ternyata didalamnya terdapat banyak sekali materi yang
disajikan. Yang salah satunya adalah tentang logika, dan logika sendiri dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Logika Alamiah
Logika Alamiah
adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum mendapat
pengaruh-pengaruh dari luar, yakni keinginan-keinginan dan
kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Yang mana logika alamiah manusia
ini ada sejak manusia dilahirkan. Dan dapat disimpulkan pula bahwa logika
alamiah ini sifatnya masih murni.
2. Logika Ilmiah
Lain halnya
dengan logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus yang merumuskan
azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Dengan adanya pertolongan
logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti,
lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah ini juga dimaksudkan untuk
menghindarkan kesesatan atau setidaknya dapat dikurangi. Sasaran dari logika
ilmiah ini adalah untuk memperhalus dan mempertajam pikiran dan akal budi.
logika ilmiah ini terjadi melalui percobaan-percobaan, sehingga percobaan itu
melahirkan suatu ilmu dan pengetahuan yang baru contohnya seseorang memikirkan
kendaraan yang bisa berjalan di atas air maka terciptalah kapal laut yang bisa
menyebrang dan mengangkut muatan banyak baik manusia, hewan dan lain-lain. ini
sebagaimana tergambar dalam surat Yunus ayat 22 yang mana
allah telah memberikan gambaran bagaimana kapal yang berjalan diatas permukaan
air yang artinya ;
22. Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan
di daratan, (berlayar) di lautan. sehingga apabila kamu berada di dalam
bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya
dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin
badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka
yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah
dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (mereka berkata):
“Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan Kami dari bahaya ini, pastilah Kami
akan Termasuk orang-orang yang bersyukur”.
D. Logika Sebagai Cabang Filsafat
Filsafat adalah
kegiatan / hasil pemikiran /permenungan yang menyelidiki sekaligus mendasari
segala sesuatu yang berfokus pasa makna dibalik kenyataan atau teori yang ada
untuk disusun dalam sebuah system pengetahuan rasional. Logika adalah sebuah
cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat
di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta
pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah
pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.Logika digunakan
untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang
berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang
filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.
Logika sebagai
cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika membicarakan
tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat
mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan
tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan.
Menurut Louis O. Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh
kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika
didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan.
Logika bisa
menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti : Adakah
metode yang dapat digunakan untuk meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang
dimaksud pendapat yang benar? Apa yang membedakan antara alasan yang benar
dengan alasan yang salah? Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul dari
persoalan tentang penyimpulan.
E. Logika sebagai Esensi dari Filsafat
Permasalahan yang selama ini dihadapi oleh pada
filusuf menurut Russell adalah karena para filusuf terkadang terlalu berlebihan
dan selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang terbaik. Walaupun keadaan ini
tidak mungkin bisa dicapai karena para filusuf yang ada selama ini kurang tepat
melihat permasalahan filsafat dan metode-metode yang digunakan untuk memecahkan
permasalahan filsafat.
Menurut Russell permasalahan-permasalahan filsafat dan
metode-metode filsafat selama ini tidak mudah untuk dipahami atau dirumuskan
oleh sekolah-sekolah yang ada, banyak permasalahan-permasalahan tradisionalyang
belum dapat dipecahkan oleh pengetahuan yang sekarang ada. Bahkan ada beberapa
permasalahan yang sudah mulai di tinggalkan namun sebenarnya masih bisa
dipecahkan melalui metode-metode yang tepat dengan tingkat pengetahuan yang
lebih maju.
Dalam merumuskan permasalahan ini, Russell menoba
membaginya ke dalam 3 tipe besar yaitu tipe pertama disebut sebagai tipe
tradisional klasik yang diwakili oleh pemikiran Kant dan Hegel, periode ini
menekankan pada kecenderungan untuk mengadopsi pemecahan permasalahan yang
terjadi sekarang dengan metode-metode dan hasil-hasil yang telah dicapai pada
masa Plato dan lainnya. Tipe kedua adalah Evolusionisme, yang dimulai dari
pemikiran Darwin hingga Herbert Spencer. Namun pada perkembangan selanjutnya
didominasi oleh pemikiran William James dan M Bergson. Dan Tipe Ketiga adalah
yang disebut Logika Atomisme, yang melihat filsafat melalui metode kritis
matematika.
Pada tipe Tradisional Klasik perhatian utamanya adalah
para filusuf Yunani yang menekankan pada rasio sebagai perhatian utamanya.
Metode deduksi apriori digunakan dalam tipe ini untuk mengkaji fenomena yang
ada. semua realita adalah suatu kesatuan dan tidak ada perubahan. Sense yang
ada dalam dunia merupakan ilusi. Keganjilan dari hasil yang diperoleh oleh para
filusuf tidak membuat mereka merasa cemas karena bagi mereka rasio merupakan
satu-satunya keabsahan yang sahih.
Ketika para filusuf yang mereka jadikan acuan
meninggal, maka ajaran mereka terus dipertahankan dengan menggunakan kekuasaan,
tradisi, kekuatan hukum dan juga kekuatan yang selama ini masih ada yaitu
otoritas agama.
Di Inggris, rasio apriori ini digunakan untuk mengungkapkan
rahasia tentang dunia dan dapat membuktikan kenyataan seperti apa yang di
tampakkan. Logika dalam tipe Tradisional Klasik ini di konstruksikan melalui
proses negasi. Logika dibuat untuk mengutuk mereka semua untuk menerima
fenomena dan fenomena diungkapkan untuk sadar akan dunianya. Dunia dibentuk
oleh logika dengan sedikit peran dari pengalaman.
Dunia, menurut tipe ini, merupakan ”organic unity”,
dimana bagian-bagiannya yang berbeda bergabung menjadi satu dan bekerja sama
karena mereka sadar bahwa mereka berada dalam satu tempat yang sama sebagai
satu kesatuan. Intinya tipe ini merupakan penggabungan antara pemikiran Yunani
yang menekankan pada rasio dan abad pertengahan yang menkankan pada
kesempurnaan alam semesta.
Pada tipe Evolusionisme, percaya pada dirinya yang
mendasarkan pada ilmu pengetahuan, Sebuah pembebasan dari harapan-harapan,
memberikan inspirasi dalam menghidupkan kembali kekuatan manusia. Evolusionisme
ini bukan ilmu pengetahuan yang sesungguhnya, dan juga bukan metode untuk
memecahkan masalah. Filsafat ilmiah yang sesungguhnya adalah suatu yang lebih
kuat sekaligus lebih longgar, menguak harapan-harapan tentang keduaniaan dan
membutuhkan beberapa disiplin supaya berhasil dalam mempraktekkannya.
Logika, matematika, fisika hilang dalam tipe ini
disebabkan karena mereka terlalu statis. Apa yang nyata adalah sesuatu yang
mendesak dan bergerak menuju pada satu tujuan. Terdapat 2 kritik terhadap hal
ini, diantaranya, pertama, kebenaran tidak mengikuti apa yang telah dihasilkan
ilmu pengetahuan yang selalu memperhatikan fakta yang mengalami evolusi. Kedua,
motif dan kepentingan di inspirasikan oleh praktek-praktek eklusif.
Hal yang paling penting dalam tipe Evolusionisme
adalah pertanyaan tentang tujuan manusia atau setidaknya tentang tujuan hidup
manusia. Evolusionisme lebih tertarik pada moralitas dan kebahagiaan dari pada
pemngetahuan semata.
Pada awalnya Russell sudah mulai menampakkan
penyerangan pada idealismedengan memihak pada akal sehat (common sense)
dan Ia lebih menekankan pada analisis logis. Namun setelah buku ini dikeluarkan
maka Russell sudah mulai beralih dari common sense ke pada
ilmu pengetahuan, maksudnya adalah dalam berfilsafat atau dalam memecahkan
permasalahan filsafat harus mengacu pada ilmu pengetahuan yang ketat dan kritis.
Tipe Logika Atomisme ini mempunyai tujuan untuk
mengupas habis struktur hakiki bahasa dan dunia. Tujuan ini dicapai melalui
jalan analisis. Menurut Russell filsafat bertugas menganalisa fakta-fakta.
Filsafat harus melukiskan jenis-jenis fakta yang ada. Bagi Russell fakta-fakta
tidak dapat bersifat benar dan salah yang mengandung dan bisa dikatakan benar
dan salah adalah proposisi-proposisi yang mengungkapkan fakta-fakta. Atau
dengan kata lainproposisi-proposisi merupakan simbol dan tidak merupakan sebagian
dunia. Dimana suatu proposisi terdiri dari kata-kata, yang menunjukkan kepada
data inderawi (sense-data) dan universalia (universalis), yaitu
ciri-ciri atau relasi-relasi.
Ada yang disebut proposisi atomis, dimana proposisi
ini sama sekali tidak mengandung unsur-unsur majemuk. Suatu proposisi atomis
mengungkapkan suatu fakta atomis. Dengan demikian Russell menyimpulkan bahwa
bahasa sepadan dengan dunia. Dengan kata lain melalui bahassa kita dapat
menemukan fakta-fakta jenis mana yang ada. Menurur Russell bahasa menggambarkan
realitas. Namun bahasa yang Ia maksud adalah bahasa sempurna, yang terlepad
dari kedwiartian dan kekaburan, yaitu bahasa logis yang dirumuskan dalam principia
mathematica.
Dengan proposisi-proposisi atomis kita dapat membentuk
suatu proposisi majemuk, misalnya dengan menggunakan proposisi-proposisi atomis
kita dapat membentuk suatu proposisi majemuk, misalnya dengan menggunakan kata
”dan” atau ”atau”. Yang dihasilkan adalah suatu proposisi molekuler (molecular
proposition). Tetapi tidak ada fakta molekuler yang hanya menunjuk pada
fakta-fakta atomis.
Kebenaran atau ketidak benaran suatu proposisi
molekuler tergantung pada kebenaran atau ketidakbenaran proposisi-proposisi
atomis yang terdapat di dalamnya. Jadi fakta-fakta yang atomis menentukan benar
tidaknya proposisi apa pun juga. Atau perkataan Russell adalah ”molecular
proposition are truth-function’s of propositions.
Russell sadar bahwa dalam argumennya ini juga ada
beberapa kelemahan yang masih dapat dihindari, hal ini ditunjukkan bahwa bagi
Russell masih ada fakta umum. Seperti pernyataan-pernyataan umum yang tidak
harus dibentuk oleh proposisi atomis seperti semua orang akan mati, dari
proposisi ini pernyataan ini benar karena bukan terdiri dari serangkaian
fakta-fakta atomis tetapi proposisi ini benar karena adanya fakta umum yang
berlaku benar.
Hal kedua Russell juga mengakui adanya fakta-fakta
negatif., karena itulah satu-satunya cara untuk menerangkan kebenaran dan ketidakbenaran
proposisi-proposisi negatif. Dan terakhir Russell harus mengakui adanya
fakta-fakta khusus yang lebih mengacu pada suatu kepercayaan atau suatu fakta
psikis (mental fact)
Kritik-kritik terhadap Teori Atomisme Logis Memang tidak dapat dipungkiri bahwa atomisme logis
mengandung suatu metafisika, alasannya adalah teori ini mau menjelaskan
struktur hakiki dari bahasa dan dunia, atau dengan kata lain teori ini
menjelaskan bagaimana akhirnya halnya dengan realitas seluruhnya. Dunia dapat diasalkan kepada fakta-fakta atomis, jelas
sekali merupkana suatu pendapat metafisis. Metafisika yang terdapat dalam teori
Russell merupakan suatu pluralisme radikal, sama sekali bertentangan dengan
monisme yang menandai idealisme, khususnya idealisme Bradley.Atomisme logis
menggunakan suatu kriterium untuk menentukan makna. Suatu proposisi mengandung
makna kalau dapat ditunjukkan suatu fakta atomis yang sepadan dengannya atau
kalau suatu proposisi majemuk terdiri dari proposisi-proposisi atomis yang
masing-masing sepadan dengan suatu fakta atomis. Akan tetapi proposisi yang
dinyatakan oleh atomisme logis tidak dapat disamakan dengan kedua jenis
proposisi ini.
Tidak ada fakta atomis yang membuat
proposisi-proposisi yang membentuk teori proposisi atomisme logis itu menjadi
benar atau tidak benar. Akibatnya perlu disimpulkan bahwa proposisi-proposisi
atomisme logis sendiri tidak bermakna. Dan Russell sendiri tidak memberikan
penyelesaiannya karena Ia telah beralih kepada pembahasan yang lain.
Analisa Kritis Mengenai pendapat Russell tentang tipe Tradisional
Klasik memang ada benarnya karena pada tipe ini mereka lebih menekankan pada
pemikiran-pemikiran yang sudah lama adanya, dan belum tentu tepat dan dapat
menentukan benar atau salah suatu fakta. Dengan kata lain pendekatan filsafat
yang sudah usang belum tentu tepat untuk diterapkan pada masa tertentu,
terkadang apa yang ditawarkan oleh filusuf-filisuf terdahulu haya dapat berlaku
pada jamannya.Memang logika pada saat ini sudah digunakan, karena Aristoteles
sudah memulainya, namun logika disini digunakan hanya untuk mengkonstruksi
fakta melalui negasi saja. Atau dengan kata lain dunia dibentuk melalui
pernyataan saja tanpa memperhatikan pengalaman yang kongkrit. Pada dasarnya pendekatan yang ditawarkan oleh Russell
adalah pendekatan logika yang atomis, dimana pendekatan ini lebih mengandalkan
pendekatan yang sangat matematis. Disatu sisi pendekatan yang dilihat dari
sudut matematis lebih sistematis. Biasanya filsafat dan permasalahannya jika
dikaji dengan menggunakan pendekatan yang secara sistematis umumnya lebih
sistematis, alur berfikir sangat runtut.
Namun kelemahannya ada beberapa permasalahan filsafat
yang tidak dapat didekati dengan pendekatan yang bersifat matematis seperti
metafisis, atau mengenai ontologi. Maka kebanyakan para filusuf yang menekankan
kajian filsafatnya dengan metode logika, mereka tidak terlalu ambil pusing
dengan metefisis atau segala hal yang berbau dengan idealisme. Sesuatu itu
harus dapat dipertanggungjawabkan dengan proposisi-proposisi yang tepat dan
benar. Sehingga fakta-fakta yang hadir dapat diwakilkan dengan
proposisi-proposisi yang benar dan sahih. Sayangnya Russell kurang membahas
lebih lanjut berkenaan dengan kekuarngan teorinya.
F. Manfaat logika dalam
pengembangan ilmu
Logika adalah ilmu pengetahuan dan
kecakapan untuk berpikir lurus ( tepat ). Ilmu pengetahuan mempunyai arti yang
luas dan yang sempit. Di dalam bahasa asing dipergunakan istilah-istilah
seperti : Science ( bahasa Inggris ), Wissenschaft ( Jerman ), Wetensekap.
Kata-kata itu ada persamaannya dengan istilah ilmu pengetahuan tetapi tidak
selalu sama.Wissenschaft dan scienza dipakai dalam arti yang luas dan meliputi
apa yang di dalam bahasa Jerman disebut Naturwissenschaften ( ilmu pengetahuan
alam, untuk pengetahuan fisika ) dan Geisteswissenschaften. Science di Inggris
mempunyai arti yang lebih sempit, yaitu apa yang di dalam bahasa Jerman disebut
Naturwissenschaften. Kalau kita membaca literatur Inggris, kita harus
memperhatikan arti yang lebih sempit yang diberi istilah science. Dikatakan
bahwa science harus melalui sifat-sifat yang tertentu. Di dalam science
terdapat :? Perbedaan perbedaan secara kritis.? Mempunyai sifat umum dan di
dalamnya terdapat suatu sistema? Harus dapat dilakukan perifikasi ( pengontrolan
)Di dalam science orang harus bersikap kritis, artinya orang harus mampu
menemukan kenyataan fakta-fakta dan mampu membedakan antara fakta yang murni
dan apa yang telah diberi corak oleh pandangan atau keinginan yang tertentu,
yang orang cenderung untuk memakai pandangannya itu, pandangan yang obyektif
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan
pengetahuan tentang pokok yang tertentu. Kumpulan ini merupakan suatu kesatuan
yang sistematis serta memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penjelasan ini terjadi dengan menunjukkan sebab-musababnya.Logika juga
merupakan ilmu pengetahuan. Lapangan ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah
azas-azas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat dan sehat. Agar dapat
berpikir lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta
menerapkan hukum-hukum yang ditepati.Logika Sebagai Proses BerfikirLogika
identik dengan masuk akal dan penalaran. Penalaran adalah salah satu bentuk
pemikiran. Pemikiran adalah pengetahuan tak langsung yang didasarkan pada pernyataan
langsung.pemikiran mungkin benar dan mungkin juga tak benar.Definisi
LogikaDefinisi logika sangat sederhana yaitu ilmu yang memberikan
prinsip-prinsip yang harus diikuti agar dapat berfikir valid menurut aturan
yang berlakuFaedah LogikaPelajaran logika menimbulkan kesadaran untuk
menggunakan prinsip-prinsip untuk berfikir secara sistematis.Faedah tersebut
antara lain :
·
Logika menyatakan, menjelaskan dan emmpergunakan
prinsip-prinsip abstrak yang dapat digunakan dalam semua lapangan ilmu
pengetahuan
·
Menambah daya berfikir abstrak yang menimbulkan sikap
intelektual
·
Mencegah agar tidak tersesat dari segala sesuatu yang
kita peroleh berdasarkan authority.
Peranan Logika
dalam IPTEK
·
Logika mengantarkan manusia untuk berdaya abstraksiHal
ini erat kaitanya dengan alam pikiran manusia. Alam pikiran manusia berkembang
menurut dua hal:
·
Perkembangan alam pikiran manusia sejak zaman
purbakala hingga saat ini.
·
Perkembanagn alam pikiran manusia sejak dilahirkan
sampai akhir hayatnya
·
Logika mengarahkan manusia berfikir yang konstruktif
dan benarManusia diarahkan untuk berfkir secara labih konstruktif dan benar.
Hal ini dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan dari premis-premis yang
ada atau penarikan kesimpulan secara deduktif dengan mengunakan pola piker yang
disebut selogisme atau pola-pola lain.
·
Logika mengantarkan manusia untuk menyelesaikan
masalah secara konstruktif dan benarIlmu pengetahuan bermula dari rasa ingin
tahu, kemudian keingintahuan itu dilaksanakan dengan melakukan pengamatan dan
percobaan serta penalaran. Percobaan bertujuan menimbulkan gejala dalam
lingkungan yang terkendali. Data yang dikumpulkan selanjutnya akan dianalisa
dengan metode ilmiah tertentu untuk memperoleh kesimpulan yang logis, yang
dapat diterima dengan akal sehat.
Proses Berfikir KreatifKreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil
hasil yang sifatnya :
- Inovatif : menarik, baru, aneh
dan mngejutkan
- Useful : berguna, lebih enak,
lebih praktis, mendatangkan hasil lebih baik/banyak.
- Understandable : dapat
dimengerti, hasil yang yang sama dimengerti dan dapat dibuat dilain waktu
Pentingnya kreativitasMenurut Utami Munandar (1985) pentingnya kreativitas
adalah :
- Karena dengan berkreasi orang
dapat mewujudkan dirinya dan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam
hidup manusia.
- Dapat memberikan kepuasan
kepada individu
- Bukan tidak mungkin kreativitas
bisa meningkatkan kualitas hidup. Karena sudah terbukti bahwa berkat
sumbangan ide-ide
- Kreatif sangat mempengaruhi
kejayaan dan kesejahteraan masyarakat dan negara.
Tahapan proses kreatifMenurut Wallas, ada empat tahapan proses kreatif
yaitu :
- Persiapan, meletakkan dasar,
mempelajari latar belakang perkara, seluk beluk dan problematikanya,
mencoba memikirkan berbagai kemungkinan pemecahan terhadap masalah yang
dihadapinya
- Inkubasi, proses pemecahan
masalah dierami dalam alam prasada, individu seakan-akan melupakannya, ini
dapat berlangsung berhari-hari atau beberapa jam sampai timbul inspirasi
atau gagasan untuk memecahkan masalah
- Iluminasi, gagasan muncul untuk
memecahkan masalah "Eureka". Biasanya ditandai dengan ucapan
"Now I see it", "o iya", atau "AHA"
- Verifikasi, gagasan yang muncul
tersebut dievaluasi secara kritis dan dihadapkan secara realitas. Diuji
untuk dipertanggungjawabkan
Pemahaman kreativitas perlu dilengkapi dengan pembahasan terhadap orangnya
yaitu apa ciri-ciri orang kreatif itu. Ciri kognitif orang yang kratif adalah ;
- Kelancaran atau kelincahan
mental, yakni kemampuan untuk berfikir dari satu ide ke segala arah
(divergen) mencari jawaban yang berbeda, yang mungkin dan kemampuan untuk
berfikir dari segala arah (konvergen)
- Fleksibilitas konseptual,
kemampuan untuk secara spontan mengganti cara memandang atau pendekatan
kerja yang tidak jalan, luwes, sesuai dengan tuntutan dan kemungkinan yan
ada
- Orisinalitas, kemamuan untuk
menelorkan ide, gagasan, yang bahkan mengejutkan
- Elaborasi, yakni lebih menyukai
komplekitas daripada simplisitas, karena lebih menyukai tantangan
Pengambilan Keputusan dan Pemecahan MasalahTahapan-tahapan yang pernah
dialami manusia dalam pemecahan masalah
- Kebetulan. Pemecahan masalah
didapat melaui proses ketidaksengajaan
- Trial and Error, menggunakan
metode yang berbeda sampai mendapat pemecahannya.
- Spekulasi, hampir sama dengan
trial and error hanya saja spekulasi lebih sistematis.
- Berdasar Pengalaman, pengalaman
yang telah dimiliki dijadikan sebagai tolak ukur analogi untuk memprediksi
peristiwa yang akan dating.
- Penyelidikan Ilmiah, dugaan
yang bersumber pada data
·
Elemen-elemen pengambilan keputusan :
- Model, adalah penggambaran dari suatu masalah
secara kwantitatif
- Kriteria, tujuan yang hendak dicapai dari
pengambilan keputusan
- Pembatas, factor tambahan yang harus diperhatikan
dalam memecahkan suatu masalah
- Optimasi,
jalan pemecahan yang terbaik
·
Cara
penemuan kebenaran
G. Cara Penemuan Kebenaran
a.
Kriteria Kebenaran/
Teori-Teori Kebenaran
Ada 3 teori
yang mengungkapkan kriteria kebenaran :
1) Teori
Korespondensi (Teori Persesuaian/Obyektivisme)
Kebenaran
merupakan persesuaian antara fakta dan situasi nyata. Kebenaran merupakan persesuaian
antara pernyataan dalam pikiran dengan situasi lingkungannya.
Menurut
teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepada realita obyektif (fidelity
to objective reality). Kebenaran Korespondensi adalah
persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara
pertimbangan (judgement) dan situasi, karena kebenaran mempunyai keterkaitan
erat antara kenyataan dan pernyataan yang diungkapkan. Ujian kebenaran dengan
teori korespondensi adalah yang paling diterima secara luas oleh kelompok
realis. Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang
dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang
dituju oleh pernyataan tersebut.
Dengan ini
Aristoteles sudah meletakkan dasar bagi teori kebenaran sebagai persesuaian
bahwa kebenaran adalah persesuaian antara apa yang dikatakan dengan kenyataan.
Menurut teori ini, kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang diklaim
sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah adalah soal
sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya.
2) Teori Koherensi/Kebenaran Konsistensi (Teori Keteguhan)
Sesuatu
dikatakan benar jika yang menjadi dasar kebenaran adanya konsistensi dengan
hukum-hukum berfikir formal tertentu. Teori ini merupakan menyatakan bahwa pernyataan dan kesimpulan yang ditarik
harus konsinten dengan pernyataan dan kesimpulan terdahulu yang dianggap benar.
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori koherensi suatu
pernyatan dianggap benar bila pernyataan tersebut bersifat koheren atau
konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Artinya
pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten
denganpertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren
menurut logika. Contohnya Matematika, adalah bentuk pengetahuan yang
penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren.
Kelompok
idealis, seperti Plato juga filsuf-filsuf modern seperti Hegel, Bradley dan
Royce memperluas prinsip koherensi sehingga meliputi dunia, dengan begitu maka
tiap-tiap pertimbangan yang benar dan tiap-tiap sistem kebenaran yang parsial
bersifat terus menerus dengan keseluruhan realitas dan memperolah arti dari
keseluruhan tersebut. Meskipun demikian perlu lebih dinyatakan
dengan referensi kepada konsistensi faktual, yakni persetujuan antara suatu
perkembangan dan suatu situasi lingkungan tertentu.
3) Teori Pragmatik (Teori konsekuensi kegunaan)
Teori
pragmatik dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalah
yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul “How to Make Ideals Clear”. Teori
ini kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalah
berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan
filsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat ini di antaranya adalah William James
(1842-1910), John Dewey (1859-1952), George Hobart Mead (1863-1931) dan C.I.
Lewis.
Teori
kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi
oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Kebenaran suatu
pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Menurut teori
pragmatis, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan
tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan. Artinya, suatu pernyataan adalah
benar, jika konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi
kehidupan manusia.
Kaum
pragmatis berpaling kepada metode ilmiah sebagai metode untuk mencari
pengetahuan tentang alam ini yang dianggapnya fungisional dan berguna dalam
menafsirkan gejala-gejala alamiah. Kriteria pragmatisme ini juga dipergunakan oleh ilmuwan dalam menentukan
kebenaran dilihat dari perspektif waktu.
Bagi para kaum
pragmatis, batu ujian kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan
(workability). Teori ini tidak mengakui adanya kebenaran yang tetap
atau mutlak kebenarannya tergantung pada manfaat dan akibatnya. Akibat/ hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah :
o Sesuai
dengan keinginan dan tujuan
o Sesuai
dengan teruji dengan suatu eksperimen
o Ikut
membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada).
b. Cara Penemuan Kebenaran
Untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan yang benar ada 2 cara yang dapat ditempuh,
yaitu dengan cara Non-Ilmiah dan cara Ilmiah.
- Dengan Cara Non-Ilmiah
• Akal Sehat (common sence)
Adalah
serangkaian konsep dan bagan yang memuaskan untuk penggunan praktis bagi
kemanusiaan. Konsep adalah pernyataan abstraksi yang digeneralisasikan dari
hal-hal khusus. Sedangkan bagan konsep adalah seperangkat konsep yang
dirangkaikan dengan dalil-dalil hipotesis dan teori.
• Prasangka
Penemuan
pengetahuan yang dilakukan melalui akal sehat dan kebanyakan diwarnai oleh
kepentingan orang yang melakukannya. Hal ini menyebabkan akal sehat mudah
berubah menjadi prasangka. Dengan akal sehat orang cenderung ke arah perbuatan
generalisasi yang terlalu dipaksakan, generalisasi dari hubungan sebab akibat, sehingga hal tersebut menjadi prasangka.
• Pendekatan Intuitif
Dalam
pendekatan ini orang memberikan pendapat tentang suatu hal yang berdasarkan
atas “pengetahuan” yang langsung atau didapat dengan cepat melalui proses yang
tidak disadari atau tidak dipikirkan terlebih dahulu. Dengan intuitif orang
memberi penilaian tanpa didahului oleh suatu renungan.
• Kebetulan atau Coba-Coba
Penemuan
secara kebetulan dan coba-coba, banyak diantaranya yang sangat
berguna. Penemuan ini diperoleh tanpa rencana, dan tidak
pasti. Penemuan kebenaran secara
kebetulan atau melalui coba-coba didasarkan atas pikiran logis semata. Misalnya, seorang anak yang
terkunci dalam kamar, dalam kebingungannya ia mencoba keluar lewat jendela dan
berhasil.
· Pendapat otoritas ilmiah dan pikiran ilmiah
Otoritas
ilmiah biasanya dapat diperoleh seseorang yang telah menempuh pendidikan formal
tertinggi, misalnya Doktor atau seseorang dengan pengalaman profesional atau
kerja ilmiah dalam suatu bidang yang cukup banyak (profesor). Pendapat mereka seringkali
diterima sebagai sebuah kebenaran tanpa diuji, karena apa yang mereka telah
dipandang benar. Padahal, pendapat otoritas ilmiah tidak selamanya benar, bila
pendapat tersebut tidak disandarkan pada hasil penelitian, namun hanya
disandarkan pada pikiran logis semata.
- Dengan Cara Ilmiah
Penemuan
kebenaran dengan cara ilmiah adalah berupa kegiatan penelitian ilmiah dan
dibangun atas teori-teori tertentu. Kita dapat pahami bahwa
teori-teori tersebut berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian
yang dilakukan secara sistematis dan terkontrol berdasarkan data-data empiris
yang ditemukan di lapangan.
Teori yang
ditemukan harus dapat diuji keajekan dan kejituan internalnya. Artinya, jika
penelitian ulang dilakukan dengan langkah-langkah serupa pada kondisi yang sama
maka akan diperoleh hasil yang sama atau hampir sama.
Untuk sampai
pada kebenaran ilmiah ini, maka harus melewati 3 tahapan berpikir ilmiah yang
harus dilewati, yaitu:
·
Skeptik
Cara
berfikir ilmiah pertama ini ditandai oleh cara orang di dalam menerima
kebenaran informasi atau pengetahuan tidak langsung di terima begitu saja,
namun dia berusaha untuk menanyakan fakta atau bukti terhadap tiap pernyataan
yang diterimanya.
·
Analitik
Cara ini
ditandai oleh cara orang dalam melakukan setiap kegiatan, ia selalu berusaha
menimbang-nimbang setiap permasalahan yang dihadapinya, mana yang relevan dan
mana yang menjadi masalah utama dan sebagainya. Dengan cara ini maka
jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi akan dapat diperoleh sesuai dengan
apa yang diharapkan.
·
Kritis
Cara
berfikir ilmiah ketiga adalah ditandai dengan orang yang selalu berupaya
mengembangkan kemampuan menimbang setiap permasalahan yang dihadapinya secara
objektif. Hal ini dilakukan agar semua data dan pola berpikir yang
diterapkan selalu logis.
H. Kebenaran Ilmiah Dan Non Ilmiah
Mencari hakekat kebenaran mungkin
sering kita ucapkan, tapi susah dilaksanakan. Yang pasti bahwa ”benar” itu
pasti “tidak salah”. Banyak para ahli yang memaparkan ide tentang sudut pandang
kebenaran termasuk bagaimana membuktikannya. Masalah hakekat kebenaran ini bisa
diulas dari tiga sudut pandang yaitu
1)
Kebenaran
Ilmiah
Yaitu kebenaran
yang diperoleh secara mendalam berdasarkan proses penelitian dan penalaran
logika ilmiah. Diantaranya :
·
Kebenaran
Pragmatis
Sesuatu
(pernyataan) dianggap benar apabila memiliki kegunaan/manfaat praktis dan
bersifat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, Yadi mau bekerja di
sebuah perusahaan minyak karena diberi gaji tinggi. Yadi bersifat pragmatis,
artinya mau bekerja di perusahaan tersebut karena ada manfaatnya bagi dirinya,
yaitu mendapatkan gaji tinggi.
·
Kebenaran
Koresponden:
Sesuatu
(pernyataan) dianggap benar apabila materi pengetahuan yang
terkandung didalamnya berhubungan atau memiliki korespondensi dengan obyek yang
dituju oleh pernyataan tersebut. Teori koresponden menggunakan logika induktif,
artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal
khusus ke umum. Dengan kata lain kesimpulan akhir ditarik karena ada
fakta-fakta mendukung yang telah diteliti dan dianalisa sebelumnya. Contohnya,
Jurusan teknik elektro, teknik mesin, dan teknik sipil Unesa ada di
Ketintang. Jadi Fakultas Teknik Unesa ada di Ketintang.
· Kebenaran Koheren:
Sesuatu
(pernyataan) dianggap benar apabila konsisten dan memiliki koherensi dengan
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori koheren menggunakan
logika deduktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak
dari hal-hal umum ke khusus. Contohnya, seluruh mahasiswa Unesa harus mengikuti
kegiatan Ospek. Luri adalah mahasiswa Unesa, jadi Luri harus mengikuti kegiatan
Ospek.
2) Kebenaran
Non-Ilmiah
Berbeda dengan
kebenaran ilmiah yang diperoleh berdasarkan penalaran logika ilmiah, ada juga
kebenaran karena faktor-faktor non-ilmiah. Beberapa diantaranya adalah:
·
Kebenaran Karena
Kebetulan:
Kebenaran yang
didapat dari kebetulan dan tidak ditemukan secara ilmiah. Tidak dapat
diandalkan karena kadang kita sering tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa
dibuktikan.
·
Kebenaran karena Akal Sehat (Common
Sense):
Akal sehat
adalah serangkaian konsep yang dipercayai dapat memecahkan masalah secara
praktis.
·
Kebenaran Agama
dan Wahyu:
Kebenaran
mutlak dan asasi dari Allah dan Rasulnya. Beberapa hal masih bisa dinalar
dengan panca indra manusia, tapi sebagian hal lain tidak.
·
Kebenaran Intuitif:
Kebenaran yang
didapat dari proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berpikir.
Kebenaran intuitif sukar dipercaya dan tidak bisa dibuktikan, hanya sering
dimiliki oleh orang yang berpengalaman lama dan mendarah daging di suatu
bidang.
·
Kebenaran
Karena Trial dan Error:
Kebenaran yang
diperoleh karena mengulang-ulang pekerjaan, baik metode, teknik, materi dan
paramater-parameter sampai akhirnya menemukan sesuatu. Tetapi memerlukan waktu
lama dan biaya tinggi.
·
Kebenaran Spekulasi:
Kebenaran karena
adanya pertimbangan meskipun kurang dipikirkan secara matang. Dikerjakan dengan
penuh resiko, relatif lebih cepat dan biaya lebih rendah daripada trial-error.
·
Kebenaran Karena Kewibawaan:
Kebenaran yang
diterima karena pengaruh kewibawaan seseorang. Seorang tersebut bisa ilmuwan,
pakar atau ahli yang memiliki kompetensi dan otoritas dalam suatu bidang ilmu.
Kadang kebenaran yang keluar darinya diterima begitu saja tanpa perlu diuji.
Kebenaranini bisa benar tapi juga bisa salah karena tanpa prosedur ilmiah
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa logika berasal dari bahasa latin yaitu dari kata logos berarti perkataan atau sabda. Secara umum logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah. Logika ini dimulai dari tahun 624 SM sampai 548 SM oleh Thales yang disebut sebagai Bapak Filsafat kemudian dikembangkan kembali oleh Aristoteles dengan mengenalkan logika sebagai ilmu. Logika terbagi menjadi dua macam yaitu : logika alamiah dan logika ilmiah. Dalam perkembangannya logika juga disebut sebagai cabang filsafat. Logika sangat berguna bagi kehidupan manusia untuk berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur demi mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan.
Mengenai pendapat Russell tentang tipe Tradisional
Klasik memang ada benarnya karena pada tipe ini mereka lebih menekankan pada
pemikiran-pemikiran yang sudah lama adanya, dan belum tentu tepat dan dapat
menentukan benar atau salah suatu fakta. Dengan kata lain pendekatan filsafat
yang sudah usang belum tentu tepat untuk diterapkan pada masa tertentu, terkadang
apa yang ditawarkan oleh filusuf-filisuf terdahulu haya dapat berlaku pada
jamannya.
Memang logika pada saat ini sudah digunakan, karena
Aristoteles sudah memulainya, namun logika disini digunakan hanya untuk
mengkonstruksi fakta melalui negasi saja. Atau dengan kata lain dunia dibentuk
melalui pernyataan saja tanpa memperhatikan pengalaman yang kongkrit.Pada
dasarnya pendekatan yang ditawarkan oleh Russell adalah pendekatan logika yang
atomis, dimana pendekatan ini lebih mengandalkan pendekatan yang sangat
matematis. Disatu sisi pendekatan yang dilihat dari sudut matematis lebih
sistematis. Biasanya filsafat dan permasalahannya jika dikaji dengan
menggunakan pendekatan yang secara sistematis umumnya lebih sistematis, alur
berfikir sangat runtut.
Namun kelemahannya ada beberapa permasalahan filsafat
yang tidak dapat didekati dengan pendekatan yang bersifat matematis seperti
metafisis, atau mengenai ontologi. Maka kebanyakan para filusuf yang menekankan
kajian filsafatnya dengan metode logika, mereka tidak terlalu ambil pusing
dengan metefisis atau segala hal yang berbau dengan idealisme. Sesuatu itu
harus dapat dipertanggungjawabkan dengan proposisi-proposisi yang tepat dan
benar. Sehingga fakta-fakta yang hadir dapat diwakilkan dengan proposisi-proposisi
yang benar dan sahih. Sayangnya Russell kurang membahas lebih lanjut berkenaan
dengan kekurangan teorinya.
Kebenaran adalah sesuatu yang dijadikan sebagai nilai dan pandangan hidup
dan terjadinya persesuaian antara fikiran dan kenyataan yang menimbulkan
ketidakraguan. Ketidakraguan itu muncul dikarenakan apa yang menjadi harapan
dan kenyataan melalui proses intepretasi, penafsiran dan olah fikir selalu
sejalan dan tidak bertentangan dengan apa yang ada di dalam akal dan wahyu.
Oleh karena teori-teori
kebenaran (koresponden, koherensi, dan pragmatisme) itu lebih bersifat saling
menyempurnakan daripada saling bertentangan, maka teori tersebut dapat
digabungkan dalam suatu definisi tentang kebenaran. Dari beberapa Teori Tentang
Kebenaran dapat disimpulkan :
Teori Korespondensi : "Kebenaran/keadaan
benar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh sebuah pendapat
dengan apa yang sungguh merupakan halnya/faktanya".
Teori Konsistensi : "Kebenaran
tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dengan
sesuatu yang lain, yaitu fakta dan realitas, tetapi atas
hubungan antara putusan-putusan itu sendiri ".
Teori Pragmatis : "Teori
pragmatis meninggalkan semua fakta, realitas maupun putusan/hukum yang telah
ada. Satu-satunya yang dijadikan acuan bagi kaum pragmatis ini untuk menyebut
sesuatu sebagai kebenaran ialah jika sesuatu itu bermanfaat atau
memuaskan".
Untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan yang benar ada 2 cara yang dapat ditempuh, yaitu dengan cara
Non-Ilmiah dan cara Ilmiah.
Cara Non-Ilmiah :
Akal Sehat (common sence)
Prasangka
Pendekatan Intuitif
Kebetulan atau Coba-Coba
Pendapat otoritas ilmiah dan pikiran ilmiah
Cara Ilmiah :
Skeptik
Analitik
Kritis
DAFTAR
PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal. 2004.
“Filsafat Ilmu”. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Bakry, Hasbullah.1992.
Sistematik Filsafat. Cet. IX; Jakarta: Penerbit Wijaya
Gie, The Liang. 2007.
Pengantar Filsafat Ilmu. Liberty, Yogyakarta
Mustofa.A. 2007 Fislasar
islam. Bandung : pustaka setia
Mundiri, H. 2008. Logika.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Poespoprodjo, W. 1999
Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu. Cet. I; Bandung: Pustaka
Grafika,
Abbas, Hamami. Kebenaran Ilmiah dalam: Filsafat Ilmu
Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta : Intan
Pariwara, 1997. Hal 87
Daldjoeni, N, Ilmu dalam Prespektif , Jakarta
: Gramedia, cet. 6, 1985. Hal 235
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat II,
Yogyakarta : Kanisius, 1980
Inu Kencana, Syafi’i. Filsafat kehidupan (Prakata ), Jakarta
: Bumi Aksara, 1995.
Lorens, Bagus, Kamus Filsafat
, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,2002. Hal 93.
M. Rasyidi, Persoalan-Persoalan Filsafat ,
Jakarta : Bulan Bintang, 1987.
Poedjawijatna, Pengantar Ke I Imu dan Filsafat ,
Jakarta : Bina Aksara, 1987. Hal 16.
Pranarka, Epistemologi Dasar : Suatu Pengantar .
Jakarta : CSIS, 1987.
Sahidah, Ahmad. Kebenaran dan Metode, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar,1975.
Sonny Keraf, Ilmu Pengetahuan : Sebuah Tinjauan Filosofis , Yogyakarta :
Kanisius, 2001. Hal 66.
Sumiasumantri,Jujun
S. Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer , Jakarata : Pustaka Sinar harapan, 1990.
Taryadi. Epistemologi Pemecahan Masalah,
Yogyakarta, Kanisius, 1989.
Wibisono, Kunto. Aktualitas Filsafat Ilmu, Yogyakarta
: Gadjah Mada Press, 1984.
http://developmentcountry.blogspot.com/2009/10/teori-kebenaran-ilmiah.html
If you're trying to burn fat then you need to start using this brand new custom keto plan.
BalasHapusTo produce this service, licenced nutritionists, fitness trainers, and chefs have united to produce keto meal plans that are productive, convenient, cost-efficient, and delicious.
Since their first launch in early 2019, 100's of individuals have already transformed their figure and health with the benefits a great keto plan can offer.
Speaking of benefits: in this link, you'll discover eight scientifically-confirmed ones given by the keto plan.